Dear Reader, Please Help Mumun So She Can Reunite With Me

By Miss Across the Sea - Monday, February 13, 2017


Kali ini gw mau minta bantuan kalian semua untuk bisa menyisihkan sedikit saja dari yang kalian punya untuk gw bisa membawa Mumun ke Melbourne bersama gw. Seperti yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, gw memang akan pindah ke Melbourne di April 2017 ini. Pindah ke sana berarti memakan banyak sekali biaya. Bukan tanpa kendala, pembuatan visa untuk bisa pindah dan bekerja di sana membutuhkan banyak biaya dan juga tenaga. Singkatnya, untuk membuat gw bisa secara legal tinggal dan bekerja di sana seperti permanent resident di sana, membutuhkan biaya sampai Rp100.000.000,-.

Biaya ini sudah ditanggung kok sama Mas Bojo, jadi nggak ada masalah sama sekali buat gw untuk mengikuti semua aturan di sana biar bisa legal di sana. Yang jadi masalah adalah, gw punya kucing peliharaan, Mumun (kalau belum tau, silahkan cek di link tentang MUMUN). Gw memutuskan untuk Mumun bisa di bawa juga. Tapi, yang jadi masalah adalah segala macam registrasi, dokumentasi, dan biaya travel nya dia mencapai setengah dari biaya gw.

Syarat yang dikasih oleh Australia untuk membawa hewan peliharaan sebenarnya sih simple, harus terbebas dari rabies dan berasal dari Negara yang dinyatakan “boleh” oleh Australia. Maksudnya adalah Negara asal hewan peliharaan yang diperbolehkan masuk ke Australia. Sayangnya, Indonesia bukan salah satu Negara yang diperbolehkan. Bukan karena Indonesia tidak termasuk Negara yang diperbolehkan, jadi gw nggak bisa bawa Mumun. Mumun bisa di bawa ke Australia, tapi dengan effort yang lebih banyak ketimbang Negara yang diperbolehkan.

Syarat utamanya, Mumun harus bebas dari segala macam virus hewan. Jadi dia memang wajib di vaksinasi. Tahap ini sudah kita lewati, dan gw juga bikin cerita tentang pertama kalinya membawa Mumun untuk vaksin di SINI. Beres dengan vaksinasi dasar dan rabies, bukan berarti Mumun bebas travelling ke sana sini. Untuk bisa keluar dari Kalimantan aja, Mumun harus punya dokumen yang memperbolehkan dia untuk bisa traveling ke tempat yang dituju. Mas Bojo dan gw memang cari-cari pet transport yang bisa mengurus travelling-nya Mumun dari tempat gw sampai ke Australia. Beruntungnya, pet transport ini dengan senang hati membantu kita mengenai apa aja yang harus disiapkan untuk bisa bawa Mumun. Setelah serologi untuk membawa Mumun dari Kalimantan ke Jakarta (tempat pet transport tsb), Mumun juga harus menghadapi satu lagi tes serologi yang mana sample darahnya harus dikirim ke Australia dan di tes di sana untuk membuktikan kalau dia layak dan diperbolehkan ke Australia. Di sini, sebenarnya pihak dinas kehewanan di kota gw punya lab nya dan bersedia membantu untuk mengirimkan sampel darah Mumun ke pet transport-nya untuk dikirim ke CSIRO Australian Animal Health Laboratory. Selain itu, Mumun juga harus punya microchip, dan menyelesaikan dokumen travelling-nya dari Kalimantan ke Jakarta. Setelah tesnya berhasil, Mumun nggak langsung bisa dibawa dari Jakarta ke Australia. Sekali lagi, karena Mumun berasal dari Indonesia (Negara yang tidak di approve oleh Australia), Mumun harus dibawa ke Negara yang diperbolehkan, dalam hal ini, Mumun direncanakan akan dibawa ke Malaysia, dan akan dikarantina selama seminggu di sana. Setelah itu baru bisa dibawa ke Australia, dan dikarantina lagi, sebelum akhirnya bisa gw bawa.
Australian Government for bringing Cat or Dog to Aussie's web page
Countries that Accepted according to Australian Gov, Dept. of Agriculture and Water Resources

Sebagai informasi, berikut adalah link dari Department of Agriculture and Water Resources, Australian Goverment, untuk kita yang mau membawa kucing/ anjing ke Australia:


Dokumen apa sih yang diperlukan untuk travelling?
  • Surat pernyataan dari dinas peternakan (kehewanan) setempat yang menyatakan bahwa dia diperbolehkan untuk keluar dari Kalimantan
  • Sertifikat kesehatan internasional dan juga permit export yang dikeluarkan oleh menteri kehewanan di Jakarta sono
  • Sertifikat serologi
  • Permit import yang dikeluarkan oleh pihak Malaysia, setelah Mumun sampai di Malaysia

“Hanya” itu saja sih, tapi untuk mendapatkan itu semua, biaya dan tenaga yang dikeluarkan sangat banyak. Itu baru dokumen, belum lagi biaya perjalanannya dia, yang mencapai Rp20.000.000,- dari Kalimantan ke Australia. Kalau di hitung-hitung, biaya yang diperlukan semuanya, termasuk pengadaan dokumen, biaya transportasi, dan biaya agen, semuanya mencapai Rp50.000.000,-.
Email from the pet transport (1)
Email from the pet transport (2)

Lalu, muncul pertanyaan, dan pertanyaan ini banyak banget ditanyakan sama teman-teman di Indonesia. Intinya adalah kenapa gw ngotot mau bawa Mumun sih? Kenapa dia nggak ditinggal aja di Indonesia, lalu gw bisa beli kucing baru di sana. Ngapain sih gw mau-maunya repot demi seekor kucing.
Part of My Life, Mumun

Bagi yang pernah membaca sepenggal cerita atau mendengar gw bercerita bagaimana gw dan Mumun bisa bareng, pasti tau banget apa sih Mumun buat gw. Dari dulu gw sebenernya pengen banget punya kucing atau anjing sebagai hewan peliharaan. Selain itu, banyak yang bilang bahwa kalau kita pelihara kucing, bagi perempuan akan susah hamil karena virus tokso (toxoplasma). Jadi, memang keinginan gw untuk memelihara kucing dari dulu selalu karena orang tua dan orang sekitar gw melarang gw, karena takut dengan virus tokso itu. Akhirnya, gw mencoba untuk mencari tau, apakah iya, kucing memang suka menyebarkan virus ini ke tubuh manusia. Setelah googling sana sini, dan mulai mempelajari bagaimana virus ini ada dan berkembang biak di tubuh kucing, gw menyimpulkan, ini bukan salah kucingnya, tapi ini bergantung dengan bagaimana kita menjaga kebersihan, dan juga kesehatan si kucing. Gw kasih beberapa web yang bisa membantu kalian semua untuk tidak terlalu khawatir dengan virus ini padahal pengen banget pelihara kucing:


Dari sini, kemudian gw punya niat kalau misalnya gw punya kucing, gw akan menjadikan dia kucing indoor, dan selalu menjaga makan dan kebersihannya.

Akhirnya gw punya Mumun. Gw punya Mumun saat dia berumur nggak lebih dari 3 bulan. Kecil, kurus, nggak terawat. Sampai akhirnya gw bawa pulang, gw mandiin, gw bersihin dan gw jaga kesehatannya dia. Seperti janji gw dulu, gw jadikanlah Mumun kucing indoor. Selain alasan di atas, ada beberapa alasan yang kemudian bikin gw kekeuh untuk menjadikan Mumun kucing indoor.
1.      Lingkungan luar rumah gw yang sangat amat nggak sehat dan nggak bersahabat dengan kesehatan dan kebersihan kucing. Hal ini yang menyebabkan kekhawatiran gw untuk membebaskan Mumun keluar masuk rumah. Jadi, Mumun tetap berada di dalam rumah untuk menghindari tertular virus-virus di luar sana
2.      Kekhawatiran gw mudahnya kucing membawa virus dengan lingkungan yang gampang sekali menyediakan sumber virus. Contohnya, virus toksoplasma adalah virus yang gampang sekali ditularkan melalui kotoran hewan, dan juga daging mentah. Berapa banyak kucing liar di luar sana? Banyak bukan? Bisa bayangkan jika tanpa kita ketahui kucing peliharaan kita kemudian tanpa sengaja menginjak kotoran kucing liar? Atau makan makanan yang didapat dari mengais sampah? Karena hal ini, gw sama sekali meminimalisir Mumun untuk berada di luar. Apa Mumun nggak pernah diajak keluar? Oh ya pernah, tapi dengan penjagaan ketat, dan diberikan tali pengendali, sehingga gw tau kemana dia pergi, dan gw ada di sana.
3.      Virus, virus, dan virus. Sebenernya ini adalah alasan Utama gw kenapa gw kekeuh Mumun selalu ada di dalam. Kita tidak bisa menjaga ataupun mengetahui bagaimana kucing peliharaan kita benar-benar terbebas dari virus di luar sana.

Kata orang, ngapain sih gw susah-susah menyediakan kebutuhan kucing untuk kucing “kampung” seperti Mumun ini? Gw sudah menganggap Mumun adalah bagian dari hidup gw, saat gw memutuskan untuk memelihara Mumun, dan dengan janji gw untuk menjadikan Mumun sebagai kucing indoor, yang sehat, bersih, dan steril, otomatis gw merasa dia adalah tanggung jawab gw, Mumun adalah hal terpenting di dalam hidup gw. Setiap orang yang gw kenal boleh merasa nggak suka dengan gw, sebel dengan gw, marah dengan gw, dengan alasan apapun. Tapi, Mumun, dia nggak pernah nge-judge gw hanya karena gw ganti warna rambut menjadi pirang, Mumun nggak pernah nge-judge gw karena pakaian yang gw pakai. Mumun nggak pernah merasa sebel karena gw nggak bisa pulang saat istirahat siang, untuk ngasih dia makan siang. Mumun nggak pernah pura-pura ikutan sedih saat gw merasa tertekan dan terpojok. Mumun menjadi teman setia gw di rumah dengan segala macam tingkah kucingnya. Mumun menjadi hiburan gw saat gw nggak punya siapapun untuk bisa menghibur gw. Hanya dengan melihat Mumun sibuk dengan dirinya sendiri, terkadang sudah buat gw tersenyum. Mumun masuk ke dalam kehidupan gw dan mengisi hari-hari gw. Dengan apa yang dia lakukan terhadap gw, apa ya gw tega nggak menjaga dia? Apa gw tega membiarkan dia berkeliaran di luar sana, dengan resiko tertular virus yang bisa bikin dia sakit bahkan mati???? Apa ini balasan gw terhadap mahluk Tuhan yang gw ambil dan berkembang, dan nggak pernah menilai gw dari siapa gw??? Hal ini yang selalu ada dipikiran gw.
Mumun at her first day at home, almost two year ago

Buat gw, makanan kucing yang selalu gw kasih ke Mumun, untuk bikin dia selalu merasa sehat, bukan makanan untuk manusia yang diberikan ke kucing, atau pasir kucing buat dia untuk membuang kotorannya dia, bukan membuka pintu rumah dan membiarkan dia buang kotoran dimanapun, vaksinasi yang selalu tepat waktu untuk menjaga dia menjadi kucing yang selalu sehat, adalah bentuk terima kasih gw ke Mumun yang selalu ada disaat gw senang ataupun sedih. Bentuk rasa sayang gw ke dia karena dia sangat berarti buat gw.

Mumun and her cute sleeping habit
Lalu, memang kenapa dengan kucing kampung? Tujuan Utama gw memelihara kucing bukan berdasarkan ras-nya. Yang penting bagi gw adalah apapun ras kucing yang gw punya, bukan untuk dipamerkan, ataupun dijadikan sumber keuangan gw. Mumun adalah bagian dari hidup gw.

Gw juga sudah berusaha untuk menawarkan orang lain untuk menjadi orang tua baru-nya Mumun, tentu saja dengan syarat memperlakukan Mumun seperti gw memperlakukan Mumun. Makanan yang diberikan harus makanan kucing, menjaga kebersihan Mumun, seperti menyediakan bak pasir untuk kotorannya, dan dibersihkan minimal sehari sekali, maemandikan Mumun dua minggu sampai sebulan, dan tentunya nggak boleh dikeluarin dari rumah tanpa penjagaan. Gw rasa hal ini kan hal yang wajar. Mantan istri Mas Bojo juga punya kucing, dan diperlakukan sama seperti gw memperlakukan Mumun, bahkan anak Mas Bojo pun punya kucing dan perlakuannya pun sama seperti gw memperlakukan Mumun. Sayangnya nggak ada yang mampu seperti itu. Ini juga salah satunya alasan gw kenapa gw ragu untuk kasih Mumun ke orang lain di sini. Seandainya kebanyakan orang di sini lebih bisa memperhatikan hewan peliharaan mereka seperti gw, mungkin gw nggak bakalan khawatir. Yes, gw khawatir kalau gw menitipkan atau menyerahkan Mumun ke orang lain, Mumun pada akhirnya diperlakukan sembarangan, diberi makanan sembarangan, dibiarkan keliaran di luar, nggak perduli dengan kebersihannya. Entah beberapa dari kalian mengatakan tidak seperti itu, tapi kenyataannya kebanyakan orang di sini memperlakukan kucing-kucing mereka seperti itu.
Mumun now, pretty and healthy
 Di lingkungan gw bukan berarti nggak ada orang yang memelihara kucing. Entah kenapa belakangan ini memelihara kucing jadi trend di sekitar rumah gw. Beberapa memelihara kucing dengan ras yang mahal, beberapa memelihara kucing domestik. Tapi saat gw melihat mereka yang memilih untuk (katanya) memelihara kucing dengan ras domestik, mereka seperti membiarkan kucing mereka. Nggak pernah di vaksin, diberi makanan sisa mereka, atau diberi makanan yang sama seperti makanan manusia, tidak dijaga kebersihannya, dibiarkan berkeliaran di luar tanpa penjagaan. Suatu hari, kucing salah satu tetangga gw sedang sakit, gw menyarankan untuk dibawa ke dokter hewan, dan jawaban mereka apa? “biarin aja, nanti kan sembuh sendiri.” Terus terang, saat dengar mereka ngomong seperti itu, gw sedih banget. Bagaimana mungkin mereka tega membiarkan salah satu bagian dari keluarganya sakit dan nggak diusahakan untuk mengobatinya? Kalian tega? Kalau gw enggak. Dan yes, nggak lama setelah itu gw denger kabar bahwa kucing mereka mati. Si anak nangis karena kucingnya mati, dan si tetangga Cuma bilang dia sedih karena mati. That’s it????? Menurut gw, mereka itu nggak perlu sedih atau nangis karena merekalah yang nggak bantuin si kucing ini untuk mengusahakannya biar sembuh.
her cute sleeping habit that never change 

Atau gw selalu dikomentari kejam, karena nggak pernah mau membolehkan Mumun keluar tanpa pengawasan. Atau kejam karena Mumun nggak pernah ada di luar, dan mengenal kucing-kucing lainnya. Padahal yang gw lakukan itu adalah upaya untuk melindungi Mumun dari bahaya penularan virus dan penyakit. Gw sadar, dan mungkin sebagian dari pembaca sadar juga, kalau lingkungan umum di Indonesia ini memang belum ramah terhadap hewan peliharaan. Gw pun memaklumi nya saat Indonesia menjadi salah satu Negara yang tidak diperbolehkan membawa masuk hewan ke Australia. Karena itu, gw hanya mau meminimalisir penyebaran penyakit dan virus ke Mumun, karena itu gw lebih merasa Mumun jauh lebih sehat, dan aman, dan steril kalau dia di dalam rumah. Wahai para pembaca blog ini, gw harap kalian paham kenapa gw membuat Mumun seperti ini. *sob
My baby that grow healthy, clean, and secure
 Jadi, ini adalah alasan gw kenapa gw pengen banget Mumun bisa tinggal sama gw di Melbourne. Mas bojo tau itu, dan kemudian dia membuat akun di situs donasi yang bisa di akses oleh semua orang yang membutuhkan donasi ataupun yang ingin berdonasi. Mas bojo berusaha membantu gw untuk bisa membawa Mumun ke Melbourne. Sedikit terlambat? Iya memang, tapi yang penting kita berusaha melakukan sesuatu.

Mas Bojo bantu apa? Mas bojo sudah amat sangat membantu gw, beberapa hal yang sudah gw lakukan untuk Mumun lebih kurang selalu dibantu oleh Mas Bojo. Namun karena keputusan gw untuk pindah ke Melbourne memakan biaya dua kali lipat, kita berdua tidak punya biaya lainnya untuk bisa membawa Mumun bersama gw ke Melbourne.

Buat para pembaca blog gw, gw sangat amat mengharapkan bantuan kalian untuk bisa menyisihkan waktu dan juga pendapatan kalian, sedikit saja untuk bisa membantu kami membawa Mumun melewati semua jalan yang harus kami tempuh. Caranya dengan klik link ini:
GO FUND MUMUN

silahkan untuk berdonasi, sekecil apapun kami akan berterima kasih sekali. Berarti Mumun masih memiliki harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak bersama gw dan Mas Bojo.

Namun jika kalian merasa belum bisa berdonasi, silahkan share link tersebut di social media kalian. Sehingga yang lain dapat melihat dan tergerak hatinya untuk dapat berdonasi juga.

Sebagai informasi,
Donasi ini dalam bentuk Australian Dollar. Tapi tidak berarti kalian tidak dapat berdonasi dengan rupiah. Sebagai garis besar, 1 Australian Dollar itu sama dengan 10.000 rupiah. Kalian dapat berdonasi dengan menggunakan kartu debet ataupun kartu kredit. Dan di situs ini, kalian para pendonor, akan mendapatkan update sejauh mana dana yang disumbangkan digunakan.


Gw dan Mas Bojo amat sangat berharap sekali bantuan kalian semua untuk bisa membawa Mumun ke Australia, dan berkumpul kembali bersama gw. Sekecil apapun donasi kalian, itu sudah amat sangat membantu kami memiliki harapan untuk bisa membawa Mumun berkumpul dengan keluarga di Australia.

Terima kasih banyak sudah mau meluangkan waktunya.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Thank you for visiting my blog. Please leave your comment here, but apologize, any spams will go to bin immediately.