Satu hal yang paling nggak banget kalau punya hubungan jarak jauh a.k.a Long Distance Relations, adalah kita nggak bisa sesuka hatinya untuk ketemu sama pasangan kita. Apalagi kalau long nya itu long banget, nggak cuma beda pulau, tapi beda Negara. Lucky me, Indonesia - Australia itu nggak jauh-jauh banget. Kalau kalian pernah baca perjalanan gw dari tempat gw ke Melbourne, yang memakan waktu seharian penuh, melelahkan. Nggak kebayang kalau Amerika atau Eropa.
Jadi,
Gw dan Mas Pacar itu punya rencana sampe April 2017 besok. Kemarin setelah meet up di Bali bulan Januari, bulan Mei nya gw yang kesana, yang akhirnya gw dikenalin dengan seluruh keluarga nya. Setelah itu, Mas Pacar punya rencana antara mengunjungi (balik) keluarga gw yang di Jogja, atau "angkut" gw kembali ke Melbourne.
Setelah berbagai macam pembicaraan dan pemikiran mana yang baik mana yang enggak, mana yang mau diduluin mana yang enggak. Gw sih pengen dua-duanya. Sudah lama juga gw nggak pulang kampung kan ya, dan... Hei, It's Melbourne, the most livable city in the world for 6 times in a row. Tapi Mas Pacar bilang, kalau begitu dia nggak punya cukup banyak tabungan buat mewujudkan keinginan gw dua-duanya, harus pilih salah satu. Nah, gw waktu itu bilang, nggak masalah sih, kalau misalnya dia nggak jadi ikutan ke Jogja (yang mana gw ada planning pulang ke Jogja bulan November), toh kita bakalan meet up lagi di bulan Maret 2017. Lama sih memang, tapi ya mau gimana. Ini adalah salah satu hal yang setiap pasangan LDR hadapi. Apalagi Mas Pacar bukan orang super duper kaya yang punya perusahaan kan yaaa....
Suatu hari, Mas Pacar bilang, kalau dia memutuskan untuk gw aja yang balik ke Melbourne. Dengan membuat gw yakin kalau gw pasti bisa pulang ke Jogja di bulan November. Kenapa gw kekeuh pengen pulang Jogja bulan November? Karena adek gw yang paling kecil ulang tahun ke 17. Biasalah di Indonesia, umur 17 tahun berasa istimewa banget gitu. Jadi ya, gw harus pulang. Jadi dia menawarkan untuk kembali ke Melbourne bulan September. Selain masih winter (karena gw pengen banget liat salju #norak), bulan itu juga bulan lahirnya Mas Pacar. Menurut dia akan lebih istimewa kalau gw ada di sana saat ulang tahunnya dia #eeaakk.
Jadilah akhirnya kita cari-cari tiket dan tentu saja cari waktu buat apply visa. Nah gw sebelum apply visa, iseng aja liat harga tiket pesawat ke Melbourne. Karena gw pencinta Garuda Indonesia, dan Mas Pacar ogah gw naik Air Asia (entah kenapa), jadilah dia kekeuh dengan JetStar nya dan gw dengan Garuda Indonesianya. Berantem? Enggak sih, cuma beda-bedain harga aja. Sialnya, Garuda Indonesia di bulan September harganya yaampun banget! Flight dari Denpasar aja harganya sudah 10jutaan. Ya kalau dibandingin dengan JetStar sih jauh lebih mahal memang, tapi NO ah, selain bagasi JetStar cuma 20kilo, apa-apa bayar lagi. Dan dengan 5 jam di udara tanpa apa-apa.... Selamat dah, pikiran gw. Tapi hati kecil gw bilang, kalau memang nggak bisa pake Garuda Indonesia, mau nggak mau dong harus pake JetStar.
Akhirnya, setelah melewati beberapa kali tanya ke travel agent dan juga mantengin website Garuda Indonesia, suatu saat Mas Pacar bilang kalau sepertinya mundurin jadwal gw ke Melbourne dari September ke Oktober, karena satu dan lain hal katanya. Ya sudahlah, akhirnya gw kembali re-schedule untuk keberangkatan bulan Oktober. Setelah fix tanggal berapa maunya gw, akhirnya liat harga lagi dong ya. Tetep lah gw pengen naik Garuda Indonesia. Apalagi setelah tau harga di Oktober antara Garuda Indonesia dan JetStar sebelas duabelas aja, Mas Pacar setuju dengan Garuda Indonesia.
Akhir September gw apply visa lagi di Dwidaya Tour and Travel. Dokumen tetep sama, harga tetep sama, dan tetep dibantu juga. Hehehe... Tapi kali ini gw minta visa gw nggak 3 bulan tapi 3 tahun, jadi multiply gitu. Sayangnya, pihak Dwidaya, dan sepertinya travel agent lainnya, juga nggak punya hak untuk bisa meloloskan visa gw jadi multiply dan 3 tahun. Semua tergantung kedutaan Australia, kata mereka.
Selain apply visa, gw juga mulai cari-cari tiket. Tiket keberangkatan dari Denpasar (seperti yang lalu) di tanggal yang gw mau harganya waktu itu masih murah. Tapi karena gw baru apply visa, dan nggak tahu keterima apa enggak, jadilah cuma gw booked aja. Seminggu waktu booking harga masih sama, dan visa gw belum ada kabarnya. Lima hari sebelum visa gw keluar, harga sudah naik, pijet-pijet kepala gw. Apapun yang terjadi harus naik Garuda Indonesia, kata gw. Akhirnya, setelah berjibaku dengan jadwal Garuda Indonesia ke Melbourne, yang tanggal sebelum tanggal keberangkatan gw itu direct flight, tanggal yang gw mau malah transit ke Jakarta. Gw iseng liat kalau flight dari Jakarta ke Melbourne seperti apa. Yak... kebalik. Tanggal yang gw mau transit ke Denpasar, dan tanggal sebelumnya direct dari Jakarta langsung Melbourne. Ngobrol dengan Mas Pacar, kalau harga direct dari Denpasar amat sangat mahal, tapi gw juga nggak mau transit ke Jakarta dulu. Akhirnya kita memutuskan untuk berangkat dari Jakarta, direct ke Melbourne, yang mana tanggalnya adalah sehari sebelum tanggal yang gw mau. Ya nggak apa-apalah, lagipula flight dari Jakarta jauh lebih murah daripada dari Denpasar.
Akhirnya, tiket yang kita beli muter-muter deh . Karena gw berangkat dari Balikpapan, jadilah route terbang gw begini: Balikpapan - Jakarta - Melbourne, Melbourne - Denpasar - Balikpapan. Yah, semua demi naik Garuda Indonesia, pikiran gw. Nah tiket sudah di booked, dengan akhirnya route yang seperti itu, tapi ini visa nggak kelar-kelar. Gw apply visa di awal bulan September, dan pada pertengahan September, di hubungi lah gw sama Dwidaya. Deg deg-an dong. Kemungkinan terjeleknya adalah visa gw ditolak. Syukur deh enggak, visa gw diterima, akhirnya. Dan... hanya single entry untuk 3 bulan. Gagal deh dapat multiply nya, dan 3 tahunnya. Belum rejeki kali ya.
Passport, Visa, and ticket + hotel voucher from Dwidaya Tour and Travel |
Walaupun Mas Pacar kecewa dengan hasilnya, tetep ajalah gw bilang ini adalah yang terbaik yang bisa gw dan Dwidaya lakukan. Tapi yasudah lah, yang penting tiket di tangan, visa ditangan. Yaudahlah, toh cuma punya waktu 3 minggu ajah. Iyes, gw masih menghabiskan kontrak kerja gw di Indonesia dulu, baru deh ntar pindah ke Melbourne. Dan, enaknya kerja di sini ini, karena gw kerja di oil and gas field, jadi waktu libur gw bisa gw hitung-hitung. Jatah libur gw adalah seminggu setelah dua minggu on duty. Untuk kali ini, jadinya gw harus nabung hari libur 3 hari, yang mana waktu gw libur gw pake masuk kerja, yang nantinya liburnya itu gw pake untuk saat-saat seperti ini, dan 7 hari jadwal libur, ditambah 4 hari cuti. Setelah sebelumnya memundurkan hari libur 7 hari di bulan ini. Bingung kan? Sama, hehehe. Sekarang saatnya hunting oleh-oleh.
Hunting oleh-oleh itu gampang-gampang susah. Apalagi kalau khas daerah Kalimantan. Bukannya susah cari oleh-oleh dari Kalimantan, tapi emangnya di bandara nggak diperiksa apa kita bawa yang aneh-aneh. Bawa kayu ukir aja panjang wawancaranya. Jadi saat gw belanja oleh-oleh, ada beberapa hal yang gw hindari:
- Oleh-oleh yang berat dan besar. Ntar baju gw nggak muat lagi di koper, entar dikira homeless kalo gw bawa kardus ke sana.
- Oleh-oleh yang ada bahan kacanya tapi nggak ada kardusnya (kejadian dulu gw beli, kacanya pecah)
- Oleh-oleh berbahan dasar kayu yang dibuat nggak halus. Ini karena pihak imigrasi Aussie itu ketat banget kek celana diet. Boleh bawa barang dengan bahan dasar kayu, yg penting rapi dan dipernis. Ini untuk menghindari kutu, kuman, atau hewan-hewan mikro yang bersarang di kayu kebawa dari Indonesia ke Aussie. Makanya harus di pernis dan di cat.
- Oleh-oleh dengan anatomi hewan sebagai aksesorisnya. Di Kalimantan, itu ada kalung dengan liontin dari taring macan gitu, bagus sih, tapi daripada gw di tahan en dipulangin sebelum ketemu Mas Pacar, mending cari amannya deh.
- Barang-barang yang ada size nya, seperti kaos, celana, produk fashion dll. Ukuran bule beda cyyn sama ukuran kita, jadi amannya nggak usah beli yang beginian.
- Benda-benda tajam. Yaiyalah, ntar dikira teroris. Jadi jangan harap gw bisa bawa keris atau Mandau ke Aussie.
Di Samarinda (kota terdekat dari lapangan tempat gw kerja, dan tinggal), ada beberapa tempat belanja oleh-oleh. Selain di mall, ada kompleks yang namanya Citra Niaga. Nah, biasanya orang-orang bisa deh nemu oleh-oleh di sini. Dari kalung manik, baju tradisional dayak, topi khas dayak, tas khas dayak, sarung Samarinda, Mandau, Sumpit, sampai minyak bulus, hahahaha. Untuk harga, kata temen gw sih harga di Citra Niaga itu mahal, tapi entah ya. Gw pernah sekali ke sini, waktu itu juga karena ada acara farewell dari kantor, jadi gw dan beberapa panitia ke tempat ini beli beberapa barang. Ya nggak gw perhatiin, secara bukan duit gw juga yang keluar. Hehehe. Lagian di Citra Niaga ini, kalian harus bayar pake uang tunai, nggak bisa gesek kartu.
Citra Niaga at Night |
Selain itu ada satu toko khusus yang menjual oleh-oleh yang sebenarnya nggak begitu lengkap seperti di Citra Niaga, tapi bisa jadi alternative belanja oleh-oleh di Samarinda. Namanya East Kalimantan Center. Standart ya, tapi dari namanya kita bisa taulah kalau toko ini menjual oleh-oleh khusus Kalimantan Timur.
East Kalimantan Center Gift Center |
Beli apa aja? Karena gw menghindari beli barang-barang gede, jadi gw nggak beli boneka pesut dan boneka orang utan. Lagipula, kalau gw beli boneka gitu buat siapa? Anak-anaknya Mas Pacar kan dah gede, dan buat baby Mia, kegedean. Magnet kulkas dan gantungan kunci? Standard banget ya? Tapi ada loh, dan kunjungan yang lalu sudah gw beli beberapa buat Keluarga di Melbourne. Jadi untuk yang kedua kalinya ini agak bingung gw, mau beli apa. Kemarin gw beliin gelang tangan buat anak perempuannya Mas Pacar, dan kaos buat anak lakinya, dan dress batik syantik buat si baby Mia.
Gift for my Australian family |
Setelah bolak balik ke tempat yang sama sebanyak 3 kali, ngambil barang berbagai macam, sentuh sana sini. Akhirnya memutuskan 1 untuk Mas Pacar, 1 untuk anak perempuannya Mas Pacar (anak lakinya tinggal jauh, jadi nggak gw beliin), 1 untuk Mum, dan 1 untuk Dad. Berharap aja mereka suka.
Untuk Mas Pacar, selain ada oleh-oleh khas Kalimantan, berhubung bulan lalu ulang tahunnya dia, gw sudah beliin kado kheseus buat dia. Mudah-mudahan dia sukita alias suka yes. Terus, makanan kesukaannya dia dong ya... Kit Kat Green Tea & Pocky. Karena di sini susah banget cari Kit Kat Green tea & Pocky Green tea, gw beli online dong. Belinya pun dua bulan yang lalu, karena rencana ke Melbourne awalnya September, belinya Agustus. Lucky masa kadaluarsanya masih lama.
Besok-besok gw minta jalan-jalan ke Jepang ah, lah ini kan dari Jepang, bukan dari Indonesia. Mungkin besok-besok gw bawain cireng dan cuangki. Eh tapi, gw juga bawain dia bubur instan. Kemarin waktu di Bali kan Mas Pacar kena diare tuh, jadi makannya harus ala-ala Indonesia, dan dokter waktu itu kasih tau paling nggak harus makan bubur, gw beliin deh bubur instan, eh dia doyan. Jadi deh gw siapin bubur instan buat gw bawa ke Melbourne. Dan pengalaman kemarin ke Melbourne, di hari kedua gw sudah pengen banget makan makanan Indonesia, makanan di sana sih enak, tapi lidah gw masih belum terbiasa. Akhirnya, gw beli bumbu instan AYAM GORENG dan RENDANG, juga aneka soto. Pokoknya Mas Pacar harus mau, hahahaha.
Jadi, oleh-oleh sudah siap. Kado buat Mas Pacar sudah siap, tiket pulang pergi sudah siap, visa oke, passport oke.. Siap berangkat (lagi). Walaupun kali ini musimnya udah spring, kata Mas Pacar tetep aja ada strong wind. Jadi siap-siap mantel lagi. Nantikan cerita seru di Melborne (lagi) ya.
Mas Pacar favorite Snack, which is not so Indonesia LOL |
Besok-besok gw minta jalan-jalan ke Jepang ah, lah ini kan dari Jepang, bukan dari Indonesia. Mungkin besok-besok gw bawain cireng dan cuangki. Eh tapi, gw juga bawain dia bubur instan. Kemarin waktu di Bali kan Mas Pacar kena diare tuh, jadi makannya harus ala-ala Indonesia, dan dokter waktu itu kasih tau paling nggak harus makan bubur, gw beliin deh bubur instan, eh dia doyan. Jadi deh gw siapin bubur instan buat gw bawa ke Melbourne. Dan pengalaman kemarin ke Melbourne, di hari kedua gw sudah pengen banget makan makanan Indonesia, makanan di sana sih enak, tapi lidah gw masih belum terbiasa. Akhirnya, gw beli bumbu instan AYAM GORENG dan RENDANG, juga aneka soto. Pokoknya Mas Pacar harus mau, hahahaha.
gift and hand made cards for Mas Pacar |