Hualloooooo...
Sepertinya sudah mulai berdebu blog ini. Di satu sisi bersyukur karena belakangan sudah mulai sibuk. Di sisi lainnya, mulai merindukan nulis lagi. Walaupun tulisannya terkadang bikin gw mikir, kok malah nggak ada kelihatan jejak-jejak pernah kuliah dan pernah kritis ya di blog gw,hehehe.
Anyway,
Gw nggak ngomongin yang berat-berat di post ini. Cuma sekedar berbagi cerita mengenai ramah enggaknya Australia (terutama Melbourne) terhadap orang-orang muslim.
Seperti yang kita tahu, beberapa bulan yang lalu sempet terjadi penembakan di salah satu Masjid di Christcurch, New Zealand. Banyak banget teman-teman gw yang nanya tentang bagaimana reaksi masyarakat Australia tentang kejadian itu, terutama setelah tau bahwa si penembak lahir dan besar di Australia.
Temen-temen gw banyak yang berjilbab, dan banyak yang mampu juga untuk sekedar liburan di Melbourne, jadi mereka banyak tanya ke gw. "Apakah Melbourne aman untuk kita?"
Tapi kalau di bulan puasa, dan pengen nemu restoran yang nutup kacanya sama tirai, ya nggak ada. Karena muslim minoritas di sini.
Seperti yang kita tahu, beberapa bulan yang lalu sempet terjadi penembakan di salah satu Masjid di Christcurch, New Zealand. Banyak banget teman-teman gw yang nanya tentang bagaimana reaksi masyarakat Australia tentang kejadian itu, terutama setelah tau bahwa si penembak lahir dan besar di Australia.
Temen-temen gw banyak yang berjilbab, dan banyak yang mampu juga untuk sekedar liburan di Melbourne, jadi mereka banyak tanya ke gw. "Apakah Melbourne aman untuk kita?"
Australia Adalah Multikultur
Secara umum, Australia sendiri bukan hak prerogatif orang-orang berkulit putih saja. Walaupun lebih dari separuhnya adalah orang-orang kulit putih, tapi saat kita terjun langsung ke kota-kota besar, bakalan nemu banyak orang-orang dari belahan dunia lainnya, terutama Asia dan Afrika.
Oh iya, jangan lupakan warga Aborigin juga, mereka juga masih ada kok di Australia, dan beberapa ada yang tinggal di kota, jadi pekerja biasa, jadi artis, jadi olahragawan, dsb dsb.
Dan ini sudah terjadi sejak ber-ratus ratus tahun yang lalu. Walaupun yang terkenal adalah Australia dibangun dari "narapidana buangan Inggris" yang sebenarnya mereka cuma 1% dari orang-orang yang membangun Australia.
Jadi, menurut gw nih, Australia itu sudah terbiasa dengan berbagai macam perbedaan budaya masing-masing. Tahun lalu malah perayaan Imlek dan White Night di Melbourne jadi satu. Bentrok? Enggak, malah jadi ruame banget. Karena jadi satu.
Baca Juga: White Night, A Fantastic Show All Night Long
Oke jadi sebenernya aman nggak sih buat muslim?
Oke jadi sebenernya aman nggak sih buat muslim?
Melbourne Central Itu Tempatnya Turis
Selain nemuin banyak bule seliweran untuk bekerja, pusat kota Melbourne itu tempatnya turis, dan mahasiswa. Beberapa Universitas letaknya deket sama Melbourne Central. Mulai dari RMIT sampai Melbourne University.
Jalan-jalan di Melbourne, pasti (seriusan PASTI) bakal nemu minimal segerombolan orang-orang dari Indonesia. Entah mahasiswa ataupun sesama turis. Padat pastinya, padat turis.
Nah, salah satu temen gw sempet khawatir karena sentimen anti Muslim yang lagi gencar, entah dia dengar dari mana. Selalu bilang "aman nggak buat istri gw yang pakai jilbab?".
Jawabnya, AMAN.
Menurut Gw, Melbourne Itu Ramah Muslim
Di tempat gw tinggal, banyak orang yang pakai kerudung. Mulai cuma kerudung, sampai niqab. Orang lain? Biasa aja. Karena mereka nggak masalah orang mau pakai pakaian apa saja. Toh yang pakai pakaian mereka ini, kenapa yang lain jadi ikut risih.
Sejak salah kejadian di Cristchurch, banyak warga non muslim yang memberikan dukungan terhadap muslim di Melbourne. Di Melbourne sendiri, ada namanya Masjid Westall, tempat ini untuk warga muslim Indonesia di Melbourne, dan kalau buka Q&A nya mereka di google, isinya banyak kok yang menyuarakan dukungan mereka.
Cari makanan halal?
Gampang!Googling aja, udah banyak restaurant halal tersebar mulai dari pusat kota sampai suburb-suburb nya.
Saran gw sih coba aja datengin restaurant Turki, pasti halalnya. Hehehe. Mereka nggak jualan apapun yang mengandung babi.
Kalau masih nggak percaya sama restoran halal di Melbourne, dateng aja ke Asian Shop terus beli Indomie sebanyak banyak nya.
Kalau malas masak Indomie, dateng aja ke HWKR di pusat kota, mereka punya restoran khusus Indomie, dan mereka juga bilang halal.
Tapi kalau di bulan puasa, dan pengen nemu restoran yang nutup kacanya sama tirai, ya nggak ada. Karena muslim minoritas di sini.
Bagaimana Ibadah?
Masjid bisa dengan gampangnya dicari. Walaupun nggak seperti di Indonesia yang sekali lihat langsung tahu itu masjid. Karena bentuk gedungnya pun nggak saklek harus ada kubah dan bulan bintang.
Walaupun ada aja sih masjid yang bentuknya seperti kebanyakan masjid yang kita lihat di Indonesia. Ada kubahnya, dan sebagainya.
Sunshine Mosque, Melbourne source |
Masjid-masjid dengan ruangan sendiri ini biasanya memang adanya di suburb-suburb. Buat yang nggak sempet, atau nggak bisa jalan-jalan ke suburb, di pusat kota juga ada kok masjid. Yang penting buka google kelihatan deh.
Ada Komunitas Muslim Juga Kok
Hal yang paling bikin takut adalah, bagaimana merasa aman dan dilindungi selama mengunjungi Melbourne.
Walaupun muslim adalah minoritas di Melbourne, tapi jangan berpikir kalau muslim di Melbourne diperlakukan semena mena.
Di Melbourne sendiri, mereka punya perkumpulan muslim yang namanya ICV (Islamic Council of Victoria). Komunitas ini memang biasanya diikuti oleh para muslim yang tinggal di Victoria.
Untuk para muslim Indonesia, mereka punya IMCV salah satunya. Buat para mahasiswa muslim, biasanya setiap universitas ada komunitas muslim sendiri. Untuk website IMCV sendiri gw lihat udah lama nggak di update (terakhir 2017), tapi untuk lihat update nya bisa di facebook page mereka.
Dukungan Non Muslim
Kalau istilah yang lagi beken di Indonesia itu "silent majority". Artinya banyak warga non muslim yang supporting para muslim di Melbourne. Thanks to perilaku warga muslim yang ramah dan juga rajin menolong.
Kebanyakan dari mereka yang mendukung para muslim di Melbourne adalah mereka yang memiliki pengalaman pribadi. Diantaranya bagaimana para muslim mencontohkan sopan santun dan juga adab muslim mereka tanpa memaksa mereka untuk memahami ataupun harus mengikuti cara mereka.
Kalau gw lihat sih, karena muslim di sini pun berbaur (dengan cara mereka sendiri) tanpa harus merasa risih dengan non muslim di sekitar mereka. Dan membantu tanpa memandang apa agama mereka.
Setelah penembakan masjid di New Zealand, banyak dukungan datang untuk komunitas muslim di sini. Kalau nggak salah salah satu masjid Indonesia juga membuka masjid mereka untuk non muslim.
*****
Kesimpulannya, buat para muslim dan muslimah yang mau berkunjung ke Melbourne, nggak usah takut, nggak usah bingung. Soalnya secara umum Melbourne itu ramah muslim banget.
Jadi kalau kalian adalah muslim yang pengen berkunjung ke Melbourne, gw sih bilang jangan takut. Karena Melbourne nggak semenyeramkan itu.
Yang penting menjaga keamanan dan selalu ingat bahwa multikultur di Melbourne bukan berarti harus memaksakan kehedak kita ke orang lain.
Terutama di bulan puasa ini, ya nggak mungkin kan ya kita maksa restoran-restoran dan cafe yang buka di pusat kota untuk pasang korden atau tutup. Hehehe...
So, sobat muslim, yang mau berkunjung ke Melbourne, silahkan aja dan nggak usah khawatir karena tetap akan bisa beribadah dengan aman, dan nyaman.