Beberapa waktu yang lalu, gw iseng bikin pertanyaan di insta story gw, intinya sih ke siapa aja yang mau tanya tentang kehidupan di Melbourne dari mata gw.
Nggak banyak sih, tapi ada satu yang nyangkut di pikiran, dan lebih baik dituangin aja di blog, siapa tau bisa menjelaskan lebih detail.
Pertanyaannya sih simple...
"apa yang paling di benci di sana?"
Jawaban gw waktu itu cuma "hari liburnya sedikit, nggak kayak di Indonesia yang banyak, dan ada cuti bersamanya walaupun tanggal hitam."
Tapi, habis itu gw mikir, kekira ada nggak sih yang gw nggak suka dari tempat baru ini?
Kalau gw bilang, bukan nggak suka, tapi ada beberapa yang bikin emosi negatif gw muncul, seperti ketakutan, ketidak sabaran, dan yang lainnya.
Macet
Siapa sangka gitu kan, kota yang pernah dapat julukan the most livable city in the world sebanyak enam kali ini juga ngerasain macet. Bahkan akhir-akhir ini beberapa suburb deket kota ikutan macet.
Seperti tempat gw, yang butuh waktu 45menit sampai 1 jam dari kota ke sini, begitu sampai sini nemu macet.
Dimana mana, macet mah bikin nggak sabaran, emosi mendadak, sumpah serapah, dan lainnya.
Kalau dibilang sih, Melbourne ini masih berkembang kemana mana. Kebetulan di tempat gw, yang awal-awal gw datang masih sepi, sekarang udah mulai rame aja.
Walaupun freeway nya lebar-lebar (bisa sampai 4-5 mobil satu jalur) tapi nyampe di dalem kotanya kadang bikin emosi.
Mulai dari pembangunan gedung, pelebaran jalan, penutupan jalan, pengalihan jalan, pembangunan railway, dan sebagainya.
Ya harus diakui, untuk kota yang terus berkembang bakalan nemu yang namanya macet. Nggak cuma Jakarta, ataupun Melbourne aja. Apalagi, sekarang makin banyak pendatang yang menetap di kota ini (termasuk gw).
Tapi, se sebel-sebelnya gw sama macetnya Melbourne, gw masih bisa menikmati macetnya Melbourne. Kenapa? Karena gw nggak nyetir, hahahaha.
Selain itu, karena kotanya banyak taman kota, plus gedung yang tinggi-tinggi, jadi nggak kerasa gerah. Masih bisa menikmati desiran angin seger diantara mobil-mobil yang kesendat-sendat jalannya.
Gw juga salut sama pengendara mobil di Melbourne, mereka masih bisa ikutin aturan, walaupun ada juga sih beberapa yang dikit-dikit ngelanggar. Seperti yang harusnya 60 km/ jam jadi 40 atau 20 km / jam. Atau tetap memberi jalan buat penyebrang jalan walaupun di tengah kemacetan.
Penyeberang jalannya juga nggak sembarangan nyeberang (ini juga ada beberapa yang main selonong aja sih sebenernya, tapi kebanyakan enggak), nyeberangnya pasti di tempat yang sudah disediakan.
Nggak ada jembatan penyeberangan apa? Ada, tapi nggak di kota, karena pusat kota Melbourne ini ramah pejalan kaki. Jalan di pusat kota nggak bakalan inget sudah berapa jam jalan kaki. Selain itu, karena jalur tram nya juga ada di tengah-tengah pusat kota, jadi para pejalan kaki nggak perlu capek-capek.
Tapi, yang namanya kalau sudah ketemu macet, apalagi sudah tau beberapa aturan mengendara di Melbourne, kadang gemes juga sih kalau liat ada pengendara mobil yang nggak ikutin aturan.
Untungnya sih, macet di Melbourne ini pakai waktu, hehehe. Waktu-waktu tertentu aja macetnya, seperti waktu berangkat kerja dan sekolah sama waktu pulang kerja. Pulang sekolah enggak? Enggak, soalnya ada bus sekolah, dan orangtua yang paginya antar anak, masih di kantor jam segitu, si anak nge bus deh.
Pengendara Pemula di Riweuhnya Lalu Lintas Melbourne
Ini masih satu link sama yang di atas. Salah satu penyebab macet itu diantaranya pengendara pemula. Kok bisa tau pengendara pemula dari mana? Salah satunya plat. Mereka punya plat satu lagi yang ditempel di kaca depan dan belakang mobil mereka (kadang di plat nomor juga sih), yang menunjukkan seberapa pemula nya mereka.
Di Melbourne (dan mungkin beberapa negara bagian Australia lainnya), untuk pengendara pemula, ada tiga plat tambahan yang harus mereka pasang di mobil mereka:
- Plat L: Plat ini dipasang buat pengendara pemula yang baru aja lulus ujian tertulis. Biasanya dipakai minimal selama 1 tahun.
- Plat P1: Plat ini dipakai kalau sudah lulus ujian Plat L. Biasanya dipakai selama setahun.
- Plat P2: Plat ini dipakai kalau lulus Plat P1. Plat ini paling lama dipakainya, selama 4 tahun.
Namanya juga pemula kan ya, kadang masih takut, kagok, deg-deg an kalau nyetir mobil di jalan raya. Apalagi, jalan raya di luar pusat kota, kecepatan maksimumnya bisa sampai 110 km/ jam. Jadi, bayangin aja kita di jalan yang batas kecepatan maksimumnya 100 km/ jam, eh di depan ada pengendara yang kecepatannya maksimum 60 km/ jam. Jadi berasa iring-ringan penganten gitu.
Apalagi kalau di jalan yang cuma cukup satu mobil di satu jalur, dan nggak bisa motong. Yaudah deh.
Gw pernah tuh, sama Mas bojo habis dari suatu tempat, kita lewat jalur bukit yang kecepatan maksimumnya 100 km/ jam, tapi lima mobil di depan kita kecepatannya cuma 60 km/ jam. Jadilah seperti kereta api, puanjaaaaang... terus lambat. Mana nggak bisa di potong, karena garis tenganya nggak putus-putus.
Pas akhirnya mengular jadi tiga mobil satu jalur, baru deh ketahuan, mobil di depan ternyata pengendara pemula.
Sedikit Tanggal Merah & Nggak Ada Cuti Bersama
Sebagai orang yang terbiasa sama banyaknya tanggal merah dan cuti bersama, nggak ada lagi tanggal merah di hampir setiap bulan, dan nggak ada yang kenal namanya cuti bersama itu bikin sebel.
Emang sih, gw sekarang belum kerja permanen gitu. Masih based on call, walaupun punya dua kerjaan. Tapi tetep aja kan ya, Mas Bojo yang kerjanya permanen Senin sampai Jumat, dari jam 8 sampai jam 5 sore.
Libur cuma di Sabtu sama Minggu itu kurang cyyn, hehehe. Apalagi kita yang doyan travelling.
Karena beberapa tempat nggak bisa dijangkau sama kendaraan umum, jadilah mengandalkan Mas Bojo. Tapi kalau Mas Bojo nya masih kerja, mau gimana coba.
*****
Keliatannya sih cuma itu yang nggak gw suka dari Melbourne, selebihnya? Belum nemu aja kali ya.
Sebenernya ada beberapa ketakutan seperti rasisme, walaupun beberapa tahun di sini belum ada yang seperti itu. Tapi pernah sih sekali ditegur sama bapak-bapak di tram katanya gw ngalangin jalan, padahal gw nya udah mepet-mepet dekat tempat duduk. Tapi ya itu cuma satu error dari sekian banyak yang non-error pastinya.
Yang ada sih, gw belajar banyak, terutama menghargai peraturan.
Kalau masalah manusianya sih sama aja. Ada yang sok bossy ada yang nggak suka bersih-bersih, ada yang santai seperti di pantai, sama aja.
Nanti deh kalau nemu beberapa hal yang gw nggak suka, bakalan gw update lagi, hehehe...
Cheers.