Catio Untuk Mumun

By Miss Across the Sea - Thursday, July 13, 2017


Kali ini gw mau cerita tentang rumah (sementara) barunya Mumun. Sebelum gw pindah ke Melbourne, Mumun jadi salah satu hal yang bikin gw khawatir, stress dan bingung. Karena kita belum punya cukup biaya untuk bawa Mumun ke Melbourne, sedangkan kalau dia harus di tinggal di Indonesia, gw khawatir nggak banyak orang yang bisa merawat Mumun seperti gw.
my cutie pie Mumun
Seperti yang kita semua tahu, Mumun ini ras-nya adalah domestic breed. Yang mana, kucing dengan ras ini, di tempat gw tinggal bukan termasuk ras yang dianggap sebagai indoor ataupun ras yang dapat perhatian lebih. Kucing domestik ataupun kucing kampung ini, di tempat gw selalu kalah bersaing dengan kucing-kucing dengan ras yang lainnya. 

Di tempat gw dulu, kalau mau pelihara kucing, mereka lebih memilih memelihara kucing dengan ras-ras "mewah"seperti persia, siam, dll. Ada sih beberapa yang memelihara kucing domestik, tapi perlakuannya jauh berbeda dengan mereka yang memiliki kucing ras "mewah".
do you know she like to sit at my tummy and cover with blankie?
Dulu gw punya housemate yang punya kucing juga. Ras nya pun sama, domestik. Tapi, dia (dan kebanyakan orang yang punya kucing ras domestik lainnya), memperlakukan kucingnya (menurut gw) sedikit sembarangan. Kebanyakan dari mereka yang memelihara kucing domestik membiarkan kucing mereka berkeliaran di luar, bergaul dengan banyak kucing liar yang kebanyakan ras mereka domestik. Urusan makanan pun, kebanyakan dari mereka yang memiliki kucing ras domestik, memberi makan sama dengan manusia, nasi dan lauk ikan paling banter. Kalau enggak ya nasi. Housemate gw itu selalu kasih kucingnya makanan sisa makanannya, atau kalau enggak, dia beli nasi dengan lauk ayam/ ikan untuk kucingnya. Belum lagi masalah kesehatan dan kebersihan. Mantan housemate gw itu masih mending. Kucingnya dimandikan sebulan sekali. Tetangga gw, yang juga punya kucing domestik, nggak pernah sama sekali menjaga kebersihan kucingnya. Nggak pernah disediakan pasir kucing untuk pup-nya, bahkan saat gw tenteng-tenteng pasir kucing malah ditanyain buat apa.

Lain lagi dengan mantan housemate gw, dulu dia nggak pernah nyediain pasir kucing untuk kucingnya. Jadi kucingnya di lepas di depan rumah buat pup. Akhirnya gw beliin deh pasir kucing. Ini pun jadi masalah, karena pup kucing harus dibersihkan minimal sehari sekali, kalau enggak, ya itu,bahaya toksoplasma yang akan mengintai. 

Artikel ini mudah-mudahan bisa membantu: https://www.infodokterku.com/index.php/en/85-daftar-isi-content/info-penyakit/penyakit-menular/237-memelihara-kucing-tanpa-takut-terkena-toksoplasmosis-toksoplasma

Sebenernya, sebelum memelihara kucing, ataupun hewan lainnya, memang perlu kita pelajari dulu plus minusnya. Seperti gw yang akhirnya paham bagaimana cara menghindari toksoplasma (yang jadi momok banyak orang tentang memelihara kucing). Tentunya akhirnya gw harus menyiapkan diri untuk dapat mencegah dan menghindari hal-hal negatif yang ditularkan kucing ke manusia. Upaya-upaya gw antara lain, menyediakan makanan khusus kucing ke Mumun, kenapa? Karena sepemahaman gw, kalau kucing diberi makanan yang sama seperti kita, maka stimulasi di otaknya juga akan membaca makanan itu adalah makanan dia, jadi dia berhak makan makanan yang kita makan, Jadi jangan salahkan kalau kucing kita (atau kucing liar) tiba-tiba makan ikan goreng yang ada di meja, karena mereka sudah menganggapnya adalah makanan mereka. Toh ini bener, Mumun dari awal gw ambil selalu gw kasih makanan kucing, dia tumbuh sehat, dan yang pastinya gw sama dia nggak rebutan makanan, dan gw bisa dengan tenang makan makanan gw tanpa khawatir diganggu sama Mumun.
toxoplasma cycle
source:https://www.researchgate.net/figure/234087025_fig2_FIG-2-Toxoplasma-gondii-life-cycle-Domesticated-and-wild-cats-are-the-definitive-hosts
Kedua menyediakan pasir untuk pup. Ini juga sangat penting, karena lingkungan gw banyak kucing liar, yang notabene kucing kotor, dengan berbagai macam virus di sekitarnya, jadi gw memang menjaga Mumun untuk nggak keluar dan bergaul dengan kucing liar. Selain karena kemungkinan tertular virus berbahaya untuk dia dan gw, gw juga males setiap dia habis keluar rumah harus gw mandiin (ini adalah salah satu cara pencegahan menularnya virus juga loh). Jadi, daripada gw biarin Mumun pup di luar, Mumun gw beliin pasir khusus pup. Waktu masih kecil sih dia biasa pup dan pipis di lubang pembuangan air di kamar mandi (nggak gw ajarin, dia sendiri yang tiba-tiba begitu), tapi setelah gedean dikit, pup nya jadi agak susah masuk, akhirnya gw beliin pasir. Punya pasir pup pun nggak bikin gw akhirnya sante-sante aja. Karena gw harus bersihin pasirnya setiap hari. Kebiasaan ini juga akhirnya nular ke Mumun loh. Dia nggak bakalan mau pup atau pipis di pasir yang masih kotor, atau masih ada pup nya. Jadi, kebiasaan bersih gw nular juga ke dia. 

Selain itu setiap dua minggu sekali Mumun gw mandiin dengan sampo khusus kucing, dan pake air hangat. Kenapa air hangat? Gw nggak tau dengan kucing lainnya ya, tapi Mumun, walaupun teriak-teriak waktu dimandiin, tapi dia tenang aja waktu berendam di air hangat. Selain itu, saat ngeringin dia, gw punya handuk khusus Mumun, dan nggak gw keringin pake hair dryer. Udara panas yang keluar dari hair dryer itu bikin bulu kucing rontok, dan kucingnya sendiri kepanasan. Kita aja kepanassan, apalagi kucing. Jadi, gw angin-anginin aja pakai kipas angin. 

Yang pasti, Mumun itu nggak pernah keluar rumah. Beberapa kali gw ajak keluar rumah, selalu pake harness. Biar dia nggak lari ketakutan. Karena dia selalu ada di rumah, kalau keluar agak jauh dari rumah, dia pasti ketakutan lihat kucing lain, kalau di sekitar rumah malah dikejar(jago kandang). Habis dari luar rumah, pastinya gw mandiin, makanya biasanya dia keluar rumah dua minggu sekali. 

Nah, habis tau begitulah cara gw menjaga Mumun, gw punya masalah, yaitu, nyari orang yang bisa seperti gw menjaga Mumun. Gw sudah berkali kali nawarin beberapa orang untuk paling enggak jaga Mumun sampai gw punya biaya untuk bawa dia ke Aussie. Jawabannya selalu sama. "Wah, berat mbak, kucing di rumah saya aja nggak saya gituin. Saya bebasin aja keluar masuk rumah."Yang mana bikin gw bergidik ngeri. Serem apa kucingnya bersih ya. Atau kalau enggak malah ngomong "yaelah, kucing kampung aja sebegitunya, norak ah kamu."

Ini makanya gw sedikit agak gusar (alah bahasanya) untuk ninggalin Mumun, apalagi sama orang yang nggak pernah gw tau kan. Akhirnya gw cari deh temen yang bisa dan mau jagain Mumun seperti gw, ada sih, tapi sayangnya orang tuanya nggak setuju kalau Mumun diperlakukan seperti itu. Untungnya ada salah satu temen yang mau ngerawat Mumun seperti gw ngerawat dia. Sayangnya, karena dia sudah berkeluarga, dan rumahnya adalah really open house, dia nggak bisa jamin Mumun bisa tinggal di rumah itu tanpa kabur-kabur, alias bakalan kabur.

Bingung dan bingung, akhirnya gw ditemukanlah artikel tentang CATIO. Apaan sih catio itu? Gampangannya catio itu adalah tempat untuk kucing di luar daerah rumah yang walaupun berada di area terbuka, tapi ruang gerak untuk kucing dibatasi. Buat mereka yang punya taman, catio ini cocok banget dibangun, sembari nikmati taman, dan biarin kucing main di luar, tanpa takut kucingnya kabur, atau berantem dengan kucing atau anjing. Yang pasti, catio ini membantu meminimalisir kucing kita bersentuhan dengan hewan liar sumber penyakit. Yang sebenernya catio ini disambung sama salah satu pintu atau jendela keluar di dalam rumah, untuk keluar masuknya kucing.

Sebenernya, catio ini bisa dibuat sembarang aja. Yang penting aman untuk si kucing dan yang punya rumah. Yang pasti, di dalam catio ini harus dilengkapi dengan pasirnya, dan juga tempat yang nyaman buat dia berdiam diri, ataupun jalan-jalan.

Ini adalah beberapa catio yang bisa di cari di google.

this is an example of simple and easy catio.
source: https://catioblog.wordpress.com/
this is extend catio, for cat owner who have creativity to build their catio.
sorce: http://icreatived.com/2016/02/catio-spaces-keep-your-cat-safe-and-happy.html/
Tapi, dikarenakan rumah yang nantinya ditinggali nggak memungkinkan Mumun untuk punya catio yang disambungkan ke dalam rumah, jadinya gw buat seperti kandang deh. Catio tersendiri yang nggak dihubungkan dengan rumah inti.

Awalnya gw maunya buat sendiri. Mulai cari-cari deh, kawat ayam, tiang besi, kayu plywood, juga atap plastik. Tentu aja, semua modal dibiayain sama Mas Bojo. Setelah dikasih tau harganya berapa, pertanyaan berikutnya kemudian "trus siapa yang buat?" Tau gw nya sendiri itu nggak begitu suka bergaul dengan orang-orang di sekitar rumah, gw malah bilang mau buat sendiri aja. Kelihatannya Mas Bojo nggak begitu sreg kalau gw buat sendiri. Akhirnya, gw inget, dulu di department yang lama, mereka punya carpenter sendiri. Untung aja carpenter ini tinggalnya nggak jauh dari rumah gw.

Akhirnya, gw tanya deh sama carpenter ini, bisa nggak bikin catio, dengan desain yang sudah gw buat. Ternyata dia bisa buat dan gampang. Karena waktunya mepet banget, jadinya gw minta dalam waktu seminggu sudah harus jadi. Dan jadi dong. Habis dibikinin, carpenter ini juga bersedia buat nganterin catio nya ke tempat temen gw, malam-malam lagi. Jadi nggak repot-repot deh. Untung carpenter-nya pinter, jadi nggak usah ribet dateng tiap hari buat jelasin maunya seperti apa.

Bahan-bahannya juga sederhana banget kok, cuma kayu, tripleks, kawat ayam, sama beberapa alat pertukangan standar seperti palu, dan paku. Oh iya, untuk atapnya gw minta dibuatkan dari plastik.

this is catio we design for Mumun
two floors for her save place
there's a stair inside too, to get to the second floor
the upper level for her to walk around
Mumun checking her brand new temporary house 
big enough for her to moving around
she in totally new environment. Hope she is alright.


Catio yang gw mau ini sebenernya mau gw buat selebar mungkin dengan tinggi kira-kira 2-3meter. Tapi kata temen gw, kalau kelebaran takut nggak muat. Akhirnya catio nya dibuat dengan lebar 1,5 meter. Kenapa gw mau catio nya selebar mungkin? Karena Mumun itu kucing indoor dan nggak pernah keluar rumah, dan di rumah teman gw, dia nggak bisa di dalam rumah. Jadi dia harus diluar rumah. Akhirnya catio ini gw buat gede, untuk memudahkan dia bergerak di dalam catio dan yang pastinya dengan nyaman. Dengan dibantu sama Mas Bojo, akhirnya cationya jadi. Mas Bojo bener-bener bantu buat design nya sesuai apa yang gw mau.Untungnya dengan lebar 1,5 meter masih banyak ruang kosong buat dia jalan-jalan. Dengan tempat berlindung di dalam catio selebar setengah dari catio, dan dibuat dua tingkat, gw bermaksud ini akan jadi tempat berlindung Mumun waktu cuaca lagi panas ataupun hujan. Sedangkan setengahnya lagi, di tingkat bawah untuk pasirnya Mumun, dan di tingkat kedua untuk makan dan minumnya. Tentu nya terlindung. Sedangkan catio nya Mumun sendiri gw buat jadi tiga tingkat. Di tingkat teratas ada semacam jembatan untuk Mumun jalan-jalan gitu. Jadi catio Mumun ini dibuat setinggi 2 meter. Walaupun dibuat tiga tingkat, masih ada sisa juga. Jadi, selama gw titipin Mumun sama teman gw, gw harap catio nya bisa nampung perkembangan Mumun, paling nggak sampai satu tahun kedepan.

Karena Mumun akan pindah ke rumah sementaranya setelah dua tahun sama gw, bantal pisang dia gw taruh juga ke dalam catio, sama selimut manjanya dia. Sama beberapa mainan. Harapannya sih dia baik-baik aja di dalam catio itu. Dan gw harus menunggu setahun lebih untuk bisa ngurus Mumun biar bisa sama-sama gw lagi.

  • Share:

You Might Also Like

8 comments

  1. Aku milih kucing kampung karena ga telaten ngerawat kucing ras yang makannya mahal. Dulu waktu masih punya 2 kucing rumah paling ya makannya dry sesekali jeroan ayam dikukus. Ga sanggup kalo kudu beli wet food terus

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Mbak Untari, salam kenal.
      Iya betul bgt. Kucing domestik itu lbh gampang ngurusnya. Soalnya nggak rewel & lebih independen. Tapi harus ekstra juga jaga lingkungannya, karna di tempat aku dulu, kucing liar banya bgt, dan takut aja dia kena virus. Dan vaksin pun sebenarnya wajib utk smua hewan peliharaan. Di tempat aku skg, malah klo mau adopsi nggak khawatir, soalnya di vet mereka sudah pasti di vaksin, paling nggak vaksin dasar & rabies.

      Delete
  2. Waaa.. Mumun dapat rumah tingkat! Pasti dia senang banget ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Mbak Farida...
      Hehehe... Iya dibuat tingkat biar bebas bergerak Mbak. Mudah-mudahan sih senang Mbak, soalnya nggak sempet ngeliat dianya di dalem Catio... Udah keburu pindah... hihihi

      Delete
  3. aku suka banget kalau ada yang care dengan kucing peliharaannya. Di depan rumahku ada banyak sekali kucing dan tahu sendirilah ya puupnya ada di mana-mana, kesel banget aku sebenernya, tapi mau gimana lagi, itu kucing tak bertuan dan aku kurang begiitu rajin memelihara kucing, jadi aku enggak ambil

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo Mbak Astin,
      Makasih Mbak, iya itulah salah satu alasan knpa Indonesia blm termasuk negara yg bebas rabies. Karena kesadaran akan rabies itu masih rendah. jangankan kucing liar Mbak, kadang ada loh ngakunya pecinta hewan, pelihara hewan di rumah, tapi kebersihan & kesehatan hewan peliharaannya nggak dijaga.

      Delete
  4. Wah kebetulan saya abis nulis tentang toksoplasma di blog eh ngebaca kisah mumun. Walau kucing kampung tapi mumun manissss bgt. Rumah barunya lucu eh...saya gak pernah kepikiran bikin rumah buat meong karena mereka bebas keliaran di dalam rumah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo Mbak Artha,
      Makasih banget yaaa, bahagia loh aku kalau ada yg bilang Mumun manis. hehe.. Dulu waktu masih tinggal sama aku, rumahnya bagi dua, hehehe. Sekarang karena rencananya meleset jauh, harusnya Mumun duluan yg ke Aussie, eh malah aku, makanya dibuatin rumah begini. Karena temenku yg aku titipin nggak bisa jamin Mumun di dalam rumah terus. Maklum, akunya pelihara Mumun biar jadi kucing indoor. Karena lebih aman dan kesehatannya terjaga.

      Delete

Thank you for visiting my blog. Please leave your comment here, but apologize, any spams will go to bin immediately.