Akhirnya, Bisa Beli Mobil Juga

By Miss Across the Sea - Tuesday, July 30, 2019



Dari dulu pengen banget beli mobil sendiri. Dulu di rumah, nggak bebas juga bawa mobil kemana mana, selain di Jogja jalanannya nggak cukup lebar buat banyak mobil, si Mama juga nggak begitu sreg kalau anaknya bawa mobil(nya).

Pindah kerja ke Kalimantan

Terakhir kali bekerja di Indonesia, diterima di Kalimantan. Kantornya pun bukan di kota, tapi di salah satu desa yang ada di sana.

Waktu itu, tinggal di desa, di Kalimantan, artinya jauh dari mana-mana. Mau belanja pun akan jauh lebih mahal jatuhnya. Karena barang di kirim dari kota besar terdekat.

Image by RitaE from Pixabay 
Di saat ini gw punyanya motor skutik (skuter matik). Bersyukur sih bisa beli dengan hasil keringat sendiri (mana waktu itu uang gaji yang ternyata nggak seberapa, juga harus dibagi untuk sewa rumah, kirim ke orang tua, dan kehidupan sehari hari). Lumayan jadi nggak menggantungkan diri ke orang lain buat kemana mana.

Tapi ada saatnya jadi lemper juga. Perjalanan ke kota terdekat kalau naik skutik cukup memakan waktu. Kira-kira 2 jam. Ditambah karena jalurnya adalah jalur antar kota, jadilah "temen" seperjalanannya truk-truk serba kenceng, dan tikungan dan tanjakan yang lumayan bikin deg-deg an.

Kadang pengen juga punya mobil di kondisi seperti ini. Apalagi diantara desa dan kota terdekat, isinya hutan belantara. Faktor keamanan yang bikin gw jadinya sedikit banyak menginginkan punya mobil. Setiap mau ke kota terdekat harus berangkat pagi, dan balik sebelum matahari terbenam. Serem juga malem-malem balik ke rumah, tapi kiri kanan gelap gulita.

Pindah ke Australia

Setelah pindah ke Australia, dan segala macam drama yang sudah di tamatkan di sini, akhirnya dapat kerjaan juga. Walaupun kerjaannya nggak tiap hari, tapi lumayan lah dapat uang saku buat beli skin care Korea, yang bisanya cuma beli online (karena di sini belum nemu aja).


Tapi karena kesulitan mobile, apalagi sempet ke tempat kerja nge-bus. Jadi keinginan punya mobil ada lagi. Sekali nge-bus ke tempat kerja, perjalanannya jadi panjang. Dari yang cuma 30 menit, jadi 2 jam, hahaha. 

Kenapa nge-bus? Karena waktu itu dapet jadwal di weekday yang Mas Bojo nggak bisa antar (tapi bisa jemput, karena biasanya kerjaan selesai malam hari).

Jadilah sejak November 2018 kemarin bilang ke Mas Bojo kalau gaji nggak akan digunakan buat apa-apa, maunya di tabung buat beli mobil aja. Yaks, belinya cukup yang bekas aja. Cukup paham aja kan ya, kalau kerjaan aja nggak tiap hari, gimana mau nyimpen duit buat beli mobil baru, hehe.

Dukungan 100%


Image by Wokandapix from Pixabay 
Karena mobil bukan barang mewah di sini, jadi waktu gw bilang mau beli mobil, semua pada paham aja. Karena memang butuh. Apalagi beberapa tempat memang nggak bisa dijangkau pakai kendaraan umum.

Tapi kalau ke kota, mending gw naik kereta deh, parkirnya mahal gila!!

Mas Bojo tentu aja lah mendukung, karena memudahkan dia, dan nggak bikin dia kelabakan kalau gw dapet jadwal weekdays.

Bos gw juga mendukung, dengan cara kasih jadwal lebih banyak ke gw. Dari yang biasanya sebulan cuma sekali, terus jadi seminggu sekali, sampai di akhir tahun dapat jadwal yang seminggu tiga kali. 

Walaupun badan jadi lemper, karena kerjanya bisa 10 jam, tapi lumayan seneng lah, selain dapat gaji, dapat bonus overtime dapat bonus kerja di weekend juga.

Nemu Mobil Yang Kena di Hati Semua Orang

Awalnya berpikir kalau mau beli mobilnya di Maret aja, sekalian menghadiahkan diri di ulang tahun. Tapi ternyata nasib berkata lain.

Karena gw bukan orang yang paham banget tentang mobil (bisanya cuma nyetir sama isi bensin doang), jadilah gw selalu konsul sama Mas Bojo tentang mobil yang gw lihat di bursa.

Sampai suatu hari lihat ada mobil hatch* yang dijual sesuai dengan harga kantong. Konsul dengan Mas Bojo dan hari itu juga kirim pesan ke yang punya (dan dibalas di waktu yang sama). Akhirnya weekend kita lihat-lihat deh mobil itu.
*kalau di Indonesia biasa disebut citycar

Image by zopalic from Pixabay 
Weekend nya gw lihat dan coba mobilnya. Langsung suka? Tentu aja, apalagi transmisinya manual. Karena van di tempat kerja transmisi nya manual, jadi mobil ini juga cocok aja buat gw. Apalagi di sini pemegang SIM mobil di bagi jadi SIM untuk transmisi auto sama SIM untuk segala transmisi. Kalau biasa pakai manual, dapetnya SIM untuk segala transmisi, jadi bisa bawa mobil manual dan auto. Gitu sih alasan gw pilih mobil dengan transmisi manual.

Selain itu, mulus banget bawaannya, seperti mobil baru, padahal keluaran 2005. Dan cocoknya lagi, mobilnya dari salah satu brand mobil dimana Mas Bojo kerja, jadi kalau ada apa-apa Mas Bojo tau cara benerinnya, hehehe.

Jadi waktu test drive Mas Bojo juga sekalian periksa mesinnya juga. 

Long story, short, gw dan Mas Bojo sama-sama suka dengan mobilnya. Harganya pas di kantong, mesin bagus, dan buat gw, mobilnya nggak nyusahin gw, yang lebih suka mobil ringkes, dan nggak gede-gede banget.

Selesai? Tinggal pindah nama dong ya? Oh tidak semudah itu Ferguso, ada beberapa administrasi yang harus diselesaikan, mulai dari sebelum berpindah tangan, sampai berpindah tangan.

Administrasi dan Registrasi

Image by TeroVesalainen from Pixabay 

Road Worthy Check (RWC)

Pengalaman pertama kali beli mobil, di luar negeri pula, jadi semuanya serba buta, untung Mas Bojo sudah biasa, jadi dia suka kasih masukan sama gw. Terutama masalah kelayakan mobil.

Di Australia, apalagi kalau mau beli used car, harus di cek apa mobilnya ada Road Worthy Check (RWC) atau enggak. Yang pada intinya RWC ini semacam dokumen persetujuan kalau mobilnya, mulai dari mesin sampai aksesoris (terutama untuk keamanan) masih layak digunakan.

Sebenernya mobil yang gw mau ini masih belum RWC, tapi yang punya janji bakal RWC kalau gw setuju mau beli mobilnya. Jadi setelah test drive and machine, dan Mas Bojo dan gw sama-sama mau ambil mobilnya, yang punya minta waktu tiga hari untuk RWC (yang ternyata molor sampe seminggu lebih).

Kata Mas Bojo, RWC ini perlu untuk bisa urus balik nama keVicRoad, semacam Dishub gitu. Sedangkan yang nge-cek, bisa dari mekanik mana aja (asal punya sertifikasi untuk ngeluarin pernyataan kalau mobilnya lolos RWC).

Walaupun yang punya bilang mobilnya masih layak, tapi ternyata salah satu lampu depannya, kacanya retak, dan mekanik yang melakukan cek nggak akan ngeluarin pernyataan lolos RWC kalau kaca lampunya nggak diganti. Makanya deh jadi molor seminggu, karena yang punya harus ganti kaca lampu dulu.

"Ah elah, kaca retak ini, kan lampunya masih nyala." Oh tidak Marimar, di sini nggak bisa gitu, walaupun mobilnya second, tapi mesin dan aksesoris paling enggak harus sebanding sama default mobil baru.

Dan akhirnya RWC selesai, dokumen RWC juga sudah ditangan, tinggal gw ambil deh.

Kenapa harus lolos RWC sih? Di Melbourne, kalau mau beli mobil 2nd, harus lolos RWC untuk bisa balik nama. Kalau nggak ada, pastinya nggak bisa balik nama, dan nggak bisa bayar Registrasi. Kalau nggak bisa bayar registrasi, ya nggak bisa dipake mobilnya. 

Balik Nama

Walaupun sempet deg-deg-an karena takut duitnya kepake buat yang lain, akhirnya kebeli juga mobilnya. Dengan dua dokumen di tangan yang punya, urusan jual beli akhirnya sampai di akhir.

Setelah ditunjukan dokumen RWC nya, gw (Mas Bojo) harus ngisi dokumen (yang bisa di download di VicRoad) untuk balik nama. Yang intinya sih, di dokumen itu, ada nama dan alamat si penjual dan pembeli, jenis, nomor seri, dan nomor-nomor lainnya dari kendaraannya, dan juga nomor dan tanggal dikeluarin RWC.

Kok nama Mas Bojo, bukannya gw yang beli ya? Seandainya waktu itu tau kalau gw (yang statusnya bukan PR ataupun citizen) bisa punya mobil, pake nama gw deh, tapi karena nggak tau, jadi pakai nama Mas Bojo. Ntar kalau ada duit lagi, gw ganti pake nama gw.

Caranya? Minta semacam dokumen ke VicRoad untuk diisi, nah nanti dokumen itu jadi dokumen tambahan deh buat urus balik nama.

Oke, jadi setelah dikasih dokumen RWC dan dokumen untuk balik nama (Application for transfer of registration), gw harus ke VicRoad untuk kasih dokumen transfer ini. Gw juga harus menyiapkan uang tranfernya. Biaya transfer nya tergantung dari harga mobilnya. Makin mahal harga mobil yang di beli, makin mahal juga biaya transfer nya.

Prosesnya pun cepet. Dateng ke salah satu kantor VicRoad di deket rumah, ngantri, dan bilang mau transfer registration, nunjukin ID (karena namanya Mas Bojo, gw bawa SIM nya Mas Bojo) sama CS nya dibantuin ngitung berapa biaya yang dibayar. Tinggal bayar deh. Oh iya, semua bayar membayar di Aussie (selama ini), nggak ada yang tunai. Semuanya lewat online. Kalau balik nama gini, mereka punya mesin gesek kartu gitu, dan mesinnya bisa buat CC atau kartu ATM. Tinggal tempel kartu ATM, sudah bisa deh.

Tapi katanya sekarang ngitung biaya transfernya bisa diitung dari rumah waktu isi formulirnya. Tinggal masuk ke website mereka, ada sendiri deh kalkulatornya, hasilnya tinggal di tulis di formulirnya. Kebetulan seminggu yang lalu anaknya Mas Bojo baru beli mobil, jadi tau deh gw.

Habis itu, otomatis deh ganti namanya ke pemilik yang baru. Dapet dokumen apa kek? Dapet, dokumen bukti sudah bayar bukti tranfer. Kalau mau cek udah ganti nama atau belum, tinggal masuk ke website nya VicRoad tinggal masukkin nomor plat, keluar deh nama yang punya sekarang.

Registration Payment

Kalau punya mobil di sini, harus siap bayar Registrasi (Rego). Buat apa lagi? semacam pajak plat nomor lah kalau di Indonesia. Bedanya, di sini jangka waktunya mulai dari 3 bulan, 6 bulan, dan tahunan. Artinya kita bisa milih per berapa bulan kita mau bayar rego nya. Semakin panjang waktu bayarnya, semakin mahal. Dan pembayaran rego juga tergantung tempat tinggal.

Kalau nggak bayar gimana? Ya kalau ketangkep bayar denda. Di sini, mobil polisi udah dipasangin alat yang bisa cek nomor plat setiap mobil yang ada di depannya. Ya kalau apes kita ada di depan atau belakang mobil polisi dan rego nya nggak update siap-siap aja diberhentiin sama mereka.

Jadi semacam kewajiban yang harus selalu dilakukan sama empunya mobil. Selama masih punya mobil, ya selama itu harus bayar rego.

Apa yang terjadi kalau rego nggak dibayar lama? Kalau misalnya dibayar sebelum 3 bulan setelah masa bayar, mobil kita masih punya nomor plat yang sama, dan masih bisa jalan seperti biasa tanpa biaya tambahan apa-apa, cukup bayar rego aja. Tapi kalau lebih dari tiga bulan, harus ngulang lagi RWC dan bayar rego.

Ya kalau misalnya mobilnya setelah RWC terakhir masih mulus-mulus aja, paling biaya yang habis cuma buat bayar mekanik sama rego, kalau enggak ya siap-siap biaya lebih deh.

Asuransi

Sebenernya asuransi kendaraan di Aussie nggak wajib, tapi terkadang penting juga sih. Apalagi jalanan di Aussie itu panjang-panjang jaraknya. Misalnya terjadi apa-apa di jalanan yang nggak ada satupun bengkel, kan yan repot.

Asuransi kendaraan di sini banyak banget, dan pilihan per asuransi juga banyak. Ada yang bayarnya minimum $20 per minggu, ada yang bayarnya sebanyak jumlah pemakaian mobil. Misalnya seminggu sekali, ya cuma di bayar sebanyak itu.

********************

Akhirnya sih bahagia gw nambah, ada satu bukti kalau gw sudah memasuki era dewasa, yaitu bisa beli kendaraan kebutuhan pribadi, dengan uang pribadi, dan ngurus-ngurus sendiri dengan nama gw, ya ya, walapun masih pakai namanya Mas Bojo, tapi kan semua gw  yang urus, hehehe.

Suka Mbak sama mobilnya?


Gw bukan tipe orang yang muluk-muluk masalah mobil. Mobil gw itu adalah mobil hatch toyota keluaran terakhir di 2005. Habis itu nggak diproduksi lagi. Diganti sama hatch yang lain. Tapi gw suka banget sama mobil ini. Apalagi sudah mendamba sejak jaman dahulu kala.


Akhirnya bisa punya mobil tanpa khawatir bakal diomelin atau di kasih muka sepet nya si Mama kalau mau pakai mobil. Hehehe...


  • Share:

You Might Also Like

1 comments

Thank you for visiting my blog. Please leave your comment here, but apologize, any spams will go to bin immediately.