Pengalaman Menghadapi Corona di Melbourne
By Miss Across the Sea - Wednesday, December 30, 2020
Gila yak!
Ini virus Corona memang bikin perputaran hidup manusia jadi melambat. Bukan berhenti tetapi melambat.
Pun, di Melbourne, kota yang selalu hidup dengan nuansa seni dan hiruk pikuk orang lalu lalang dengan fashion ala Melbourne mereka, tetiba berhenti aja berdetak.
Saat di puncak lockdown malah kota Melbourne yang selalu ramai dengan wisatawan malah nyaris kosong. Toko-toko dan pusat perbelanjaan semua tutup.
Para pebisnis kebanyakan mencoba mengalihkan bisnis mereka secara online.
Apalagi, Melbourne sempat kena second wave, yang bikin semua orang jadi lebih lama tinggal di dalam rumah.
Beberapa Kasus Awal
Dimulai dari ditemukannya kasus pertama di Januari 2020. Waktu itu beberapa orang (termasuk gw) sudah aware dengan ini. Apalagi, saat kemudian diumumkannya kasus pertama di Victoria.
Sejauh gw ingat, di saat ini, masyarakat masih beraktifitas dengan normal. Bagkan waktu itu juga kita diamankan dengan statement selama kita nggak dekat dengan carier, kita nggak akan tertular.
Waktu itu virus ini penularannya masih dianggap sama seperti flu biasa. Selain itu, pakar kesehatan di Melbourne juga bilang, selama kita menjaga kebersihan, dan menjaga jarak, kita akan aman.
Masker? Apa itu?!
Kasus kedua udah mulai bikin gw deg-deg an. Karena pasien kedua (yang dikonfirmasi baru pulang dari Cina) terakhir ada di wilayah yang biasanya gw lewatin kalau mau ngajar.
Panik parah gw!
Sampai Mas Bojo nenangin dan bilang, "selama kamu nggak berhenti di wilayah itu, kamu akan baik-baik aja. AC mobil dinyalain aja, dan jangan pakai udara luar."
Panik karena, walaupun gw nggak ngajar di daerah itu, tapi gw pulang pergi ngajar lewat daerah itu.
Sampai pertengahan Maret, kasusnya masih bertambah "ringan". 121 kasus yang tercatat. Dan waktu itu hebohnya adalah, kebanyakan kasus berasal dari Panti Jompo.
Di masa ini, Victoria masuk ke status "state of emergency". Seingat gw, status ini pernah terjadi sekali, saat terjadi kebakaran hebat di tahun lalu.
2nd Wave
Yes! Melbourne kena gelombang kedua virus Corona ini. Panik lagi, orang-orang mulai belanja toilet paper lagi.
di gelombang kedua ini, pemerintah Victoria mulai memberlakukan peraturan yang super ketat. Kita kemudian di lockdown, nggak ada yang bisa keluar masuk Victoria sama sekali.
Masker yang awalnya bukan mandatori jadi mandatori. Keluar rumah pun dibatasi. Status di Victoria pun berubah jadi "state of disaster". Kedengerannya serem ya.
Yang jalanin pun cemas-cemas gimana gitu...
Di status ini, semua kota-kota besar di Victoria berubah. Dari yang tadinya ramai, banyak orang dan turis lalu lalang, jadi sepi banget. Karena larangan-nya nggak cuma berkumpul, tapi larangan untuk keluar rumah.
Beberapa hal yang perlu diikuti masyarakat Victoria saat itu:
- masker wajib di pakai
- Semua tempat, (kecuali supermarket, rumah sakit, bank, kantor pos, kantor polisi, dan semua yang sifatnya pelayanan dasar publik) di tutup
- pembatasan keluar sejauh 5 kilometer saja
- kalau mau keluar lebih dari 5 kilometer, harus punya permit
- jam malam diberlakukan dari jam 8 malam sampai jam lima pagi
- nggak boleh terima tamu di dalam rumah, di luar rumah maksimal cuma dua orang
- ibadah cuma lima orang di tempat ibadah
- acara pernikahan di larang, dan pemakaman sampai 10 orang aja yang boleh hadir
Apa sih penyebab terjadinya gelombang kedua di Melbourne ini?
Banyak sih informasi-informasi yang beredar, tapi kebanyakan bilang dari bocornya keamanan di karantina hotel.
Yang gw tau, sih katanya karena para security yang dipekerjakan di hotel karantina itu, nggak cuma kerja di hotel itu, tapi juga di tempat lain, dan nggak ikut protokol kesehatan covid sama sekali.
Jadilah kita yang di Victoria membayar kesalahan yang terjadi di tempat itu.
Gw yang tinggal di pinggiran kota pun ikut ngerasain perubahan yang ada. Sebenernya tempat gw itu nggak begitu rame, tapi begitu ada pembatasan seperti ini, malah semakin sepi.
Apalagi jam 8 malam sudah nggak ada yang keluar rumah.
Tambah serem serem sedep gitu karena tiap malam yang patroli nggak cuma pakai mobil, tapi pakai helikopter juga, hahaha.
Untuk belanja, Mas Bojo dan gw berusaha tetep seminggu sekali. Beruntunglah, karena keluarga kita masih di level berkecukupan. Walaupun ngos ngos-an tapi cukup lah.
Belanja pun akhirnya nggak bisa bareng lagi, karena dilarang belanja bareng. Akhirnya Mas Bojo selalu belanja setelah pulang kerja.
Kok nggak gw aja? Ya karena Mas Bojo yang mau sih. Dan belanja buat seminggu itu nggak sedikit. Jadi mending Mas Bojo ajalah. Gw cukup kasih daftar belanjaan gw aja.
Panic buying???? Tentu aja, suka sebel karena bahan makanan kalengan suka abis aja. Belum lagi toilet paper. Ini jadi esensial banget buat orang-orang Australia. Mungkin mereka belum tau aja sensasi bersihin pake air semprotan.
Road to Covid-Normal
Peraturan pembatasan yang lumayan saklek ini memang akhirnya berbuah manis sekali bagi kami warga Victoria.
Perlahan tapi pasti, angka penularan setiap harinya berangsur-angsur mengecil. Premier juga mengumumkan kalau Victoria akan pelan-pelan membuka kembali "detak" kehidupannya.
Premier Victoria mengumumkan beberapa langkah yang akan diambil untuk akhirnya Victoria bisa kembali seperti sedia kala (covid-normal).
- Langkah Pertama
Langkah ini sebenernya adalah langkah dimana Victoria masih di stage state of disaster. Masih dengan jam malam dan juga jarak keluar rumah cuma lima kilometer, dan nggak lebih. Siap-siap aja didenda $2,000 kalau ketauan keluar lebih dari lima kilometer.
Menderita? Ya iya sih, karena akhirnya kita cuma diam di rumah aja. Semua kegiatan bekerja dan belajar dilakukan di rumah.
Mas Bojo sempet juga selama enam minggu di rumah, karena aturan pemerintah yang mengharuskan semua tempat usaha (selain yang esensial) dilarang di buka.
Walaupun sebenarnya dunia kerja Mas Bojo bisa terbilang esensial, tapi pihak manajemennya memutuskan untuk meliburkan sementara para pekerjanya.
Kata Mas Bojo, karena dunia kerja dia di wilayah abu-abu, jadi memang pihak manajemen yang memutuskan apa mereka akan buka, atau tutup. Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang yang sama masih buka juga, jadi pure keputusan manajemen. Jadilah beliau mondok di rumah selama enam minggu?
Seneng?
Enggak lah, enam minggu di rumah, nggak bisa kemana-mana. Bantuin gw di rumah juga enggak, hehehe.
Belanja mingguan pun masih dikerjakan oleh Mas Bojo saja. Udah seperti burung dalam sangkar. Apa-apa dikerjain di dalam rumah. Ya kerja, ya sekolah. Mau keluar sekedar jalan-jalan pun masih takut.
Karena sudah mendekati daylight saving, jam malam pun diundur dari jam delapan jadi jam sembilan malam, tetep sampai jam lima pagi.
- Langkah kedua
Di langkah kedua ini, sebenernya nggak banyak yang berubah. Keluar rumah juga masih maksimal lima kilometer, dan toko-toko juga masih tutup.
Di kondisi ini, sebenernya industri banyak yang beralih online. Dan belanja online jadi seperti hal yang biasa banget di kita.
Gw sampai kenal sama driver yang suka ngantar paket. Dia sampe nggak butuh nama gw, hahaha. Ini karena di rumah ada tiga orang, dan tiga-tiganya kebetulan saat itu memang sering banget belanja online.
Seminggu bisa sampai empat kali driver dateng ke rumah nganterin paket.
Di kondisi ini, Mas Bojo juga sudah kembali ke kerjaannya. Walaupun dengan berbagai macam aturan ini itu, dan permit ini itu. Karena tempat kerja Mas Bojo lebih dari lima kilometer dari rumah.
Beberapa perubahan lainnya yaitu udah boleh berkumpul maksimal lima orang di luar ruangan, tapi lima orang ini maksimal dari dua rumah tangga yang berbeda.
Jadi, kalau gw misalnya mau ketemuan sama lima orang dari lima keluarga yang berbeda, ya nggak bisa. Jadi misalnya gw dan Mas Bojo ketemu sama temen gw beserta suami dan anaknya, jadi jumlahnya lima orang, tapi masih dua keluarga aja, ini dibolehin.
Dan jam malam di langkah kedua ini sudah nggak ada.
Walaupun jam malam sudah nggak ada, tetep nggak banyak berubah lah, karena toko-toko juga diwajibkan tutup.
- Langkah Ketiga
Di bulan Oktober akhirnya kita bisa sedikit lega. Karena banyak aturan pembatasan sudah nggak berlaku lagi.
Kita sudah bisa keluar rumah dengan jarak maksimal duapuluh lima kilometer. Orang-orang sudah boleh berkumpul sebanyak lima puluh orang maksimal di luar ruangan, dan dua puluh orang di dalam ruangan.
Toko-toko non esensial udah boleh buka, dan tentu saja jam malam sudah nggak ada lagi.
Gw juga sempet mencicipi "kebebasan" duapuluh lima kilometer ini. Walaupun nggak jauh-jauh banget, tapi akhirnya bisa pergi-pergi lagi deh.
Baca Juga: 25 Kilometer Melbourne "Ring of Steel"
Seneng sih, karena angka penularan per hari sudah turun jauh banget. Apalagi waktu itu dari yang lima ratus-an, beberapa hari belakangan sudah di bawah dua puluh.
Harapannya waktu itu memang semoga kita sudah bisa hidup berdampingan dengan covid (covid-normal) pas Natal. Mengingat Natal adalah hari raya paling besar di Australia, sama seperti lebaran, banyak orang "pulang kampung" untuk berkumpul dengan keluarga.
- Langkah Empat
Dari langkah ketiga ke langkah ke empat sebenernya nggak begitu jauh, karena berturut-turut angka penularan di Victoria udah nol aja.
Di akhir November, akhirnya kita sudah bisa ke langkah empat. Dimana semua orang sudah bisa berkumpul, tentu aja dengan tetap menjaga jarak dan masker masih jadi kewajiban di Victoria.
Beberapa tempat hiburan seperti gallery, museum, dan bioskop juga sudah dibolehin terima pengunjung maksimal seratus limapuluh orang per hari.
Beberapa orang sudah bisa kembali kerja, tapi cuma seperempat dari keseluruhan pekerja di Victoria aja, sisanya masih work from home.
Gw juga akhirnya bisa ketemu dengan murid-murid gw lagi. Karena selama online, ada aja yang bikin gw kangen untuk tatap muka langsung sama mereka.
Sayangnya, gw masih harus belajar online. Mungkin dikarenakan jumlah murid di kelas gw luar biasa banyak, dan nggak bisa pakai shift. Kasian juga kali ya dosennya.
Temen-temen Indonesia gw juga akhirnya sudah bisa ketemuan juga. Gw juga sudah ketemu beberapa dari mereka, semoga aja bisa ketemu yang lainnya dalam waktu dekat.
Sedikit perubahan di awal Desember, yang mana masker jadi nggak wajib kalau kita di luar ruangan dan bisa menjaga jarak. Masker masih wajib dipakai kalau kita di dalam ruangan dengan jumlah orang yang bikin kita nggak bisa jaga jarak.
source |
Sekarang kita di tahap "menyongsong" hidup covid normal. Semua di sini sudah berangsur-angsur kembali seperti semula. Walaupun masih dengan tetap jaga jarak, bawa masker, dan rajin-rajin bersihin diri.
Belanja mingguan gw pun udah balik seperti semula. Gw dan Mas Bojo.
Gw pun akhirnya bisa ketemu dengan keluarga Mas Bojo. Keluarga kita yang biasanya sering ketemuan dua sampai tiga kali setiap tahun, tahun 2020 ini sama sekali nggak ketemuan.
Kita ngelewatin acara makan siang Natal tahun lalu (yang rencannya bulan Januari), karena rencana awalnya mau disatuin sama ulang tahun Papa-nya Mas Bojo di Maret. Ternyata di bulan Maret, corona lagi anget-angetnya.
Papa Mas Bojo waktu itu bilang di undur aja beberapa bulan sampai kasusnya ilang, eh ternyata kasusnya nggak ilang-ilang.
Bersyukur deh akhirnya di penghujung tahun 2020 bisa ketemu lagi sama mereka.
Natal kemarin pun sudah bisa merayakan seperti biasa. Anak-anak Mas Bojo bisa datang ke rumah dengan pasangan mereka masing-masing.
Dan tahun ini, kita beli tenda lumayan gede untuk dipasang di belakang rumah, jadi bisa makan siang di sana. Lumayan, nggak capek-capek gw bersihin rumah.
Tentu aja dengan banyaknya langkah yang diambil pemerintah Victoria, masih belum bisa membuat virus ini hilang dari muka bumi.
Australia secara keseluruhan juga masih menutup pintu perbatasan untuk orang-orang non-Australia untuk datang.
Setelah adanya kasus baru di New South Wales (Sidney), Victoria pun kembali menutup perbatasannya dengan mereka. Karena kita belajar dari yang sudah-sudah, dan dengan cara yang luar biasa keras. Nggak mau lagi kita di lockdown seperti sebelumnya.
Walhasil, libur Natal kemarin, banyak yang membatalkan diri untuk pergi ke Sidney, ataupun sebaliknya.
Buat gw, yang seluruh keluarga Mas Bojo ada di Victoria, sudah cukup bersyukur. Karena dari pengalaman lockdown yang luar biasa keras kemarin, kita akhirnya bisa menikmati musim panas.
Gw pun akhirnya bisa pergi menjalankan hobi gw, yaitu jalan-jalan di alam. (blog post menyusul).
Harapan gw tentu saja kita semua segera dibebaskan dari virus ini.
Selagi belum ditemukan penyembuhnya, marilah kita dengan kesadaran tinggi untuk saling menjaga satu dengan lainnya. Hindari kerumunan, rajin-rajin membersihkan diri, dan masker selalu dipakai.
1 comments
Corona bener" dah membuat semuanya jdi ribet hehe tapi ya mau gimana lagi, semoga aja 2021 nanti bisa cepet hilang jadi aktifitas kembali normal
ReplyDeleteThank you for visiting my blog. Please leave your comment here, but apologize, any spams will go to bin immediately.