Kembali ke Kampus Sebagai Penduduk Tetap di Australia

By Miss Across the Sea - Tuesday, July 27, 2021

 

Hualooo...

Tahun lalu gw memutuskan untuk kembali kuliah lagi di Australia. Kenapa gitu? Karena walaupun Ijazah gw sudah disertifikasi dan sudah jadi persamaan sebagai sarjana Strata satu sama Departmen Pendidikan dan Pekerjaan di Victoria, nggak ada satupun kerjaan yang nyangkut.

Pikir-pikir akhirnya gw memutuskan untuk kembali kuliah lagi.

Sebenernya sih mau cari kerjaan nggak susah-susah banget. Apalagi pabrik, restoran, ataupun kebun-kebun di wilayah regional suka cari pekerja hampir setiap tahun.

Tapi, gw pikir gw mau kerjaan yang stabil lah ya, dan tentu aja ada jenjang karirnya.

Masalahnya gw waktu itu nggak tau harus mulai dari mana. 

AMEP (Adult Migrant English Program) English as Additional Language (EAL)

Browsing sana sini, akhirnya tahun 2019 gw menemukan kursus gratis Bahasa Inggris untuk migran a.k.a mereka  yang pindah ke Australia dari Negara dengan latar belakang non Bahasa Inggris untuk bahasa sehari-harinya. Namanya AMEP. 

Kenapa gw ambil AMEP sih? Karena buat temporary resident (dan 2019 gw masih di status itu), untuk mau ambil kursus "beneran" masih ikut harga internasional, yang bisa dua sampai tiga kali lipat.

Setelah setahun ambil kursus AMEP lulus Cert III AMEP, gw ditawarin untuk ngelanjutin ke Cert IV dan Gw iya-in. Oiya, untuk AMEP ini, nggak cuma sekedar kursus dan lulus, tapi dapat sertifikat yang bisa dipakai untuk lamar kerja atau studi lanjut. Mereka menyebutnya EAL (English as Additional Language) course.

Diploma of Early Childhood Care and Education

Tahun 2020 gw selesai Cert III EAL di AMEP, dan juga akhirnya jadi Australian Permanent ResidentTapi di waktu yang sama, gw juga keterima di course yang lain, Diploma of Early Childhood Care and Education

Kenapa ambil kursus ini?
 
Sebenernya sih, awalanya karena gw mikir semakin cepat gw dapat course dan enroll, semakin cepat selesai, semakin cepat dapat kerjaan. Mengingat gw sudah menghabiskan tiga tahun gw dengan kerja yang buat nabung aja susahnya setengah mati.

Akhirnya gw memutuskan untuk pausing Cert IV EAL gw, dan fokus untuk selesaikan Diploma gw ini. 

Price



Untuk harga kursus ini, buat yang full fee (mereka yang statusnya bukan Permanent Resident, dan mereka yang nggak termasuk di dalam program skill first*) bayarannya $20,800 selama setahun, atau sekitar Rp 208,000,000 (yes... betul sekali duaratus delapan juta rupiah!!!).

Untuk Permanent Resident dan eligible for skill first, "cukup" membayar $535 (atau setara dengan lima juta tiga ratus lima puluh ribu rupiah). 

Mahal ya, iya sih, mahal kalau di rupiah-in. Apalagi kalau waktu itu kita masih temporary dan hidup kita sehari hari juga masih ikut kurs rupiah. Mau hidup sehari hari aja udah lumayan bikin pusing kalau diitung pakai kurs rupiah.

Sebenernya course ini salah satu free TAFE course yang diadain sama pemerintah Victoria. Artinya courses yang dimasukkan sebagai free TAFE adalah courses yang diprioritaskan, karena pemerintah membutuhkan banyak pekerja di courses ini. 

Ini juga jadi salah satu alasan gw kenapa gw pengen ambil free TAFE course ini, karena gw tau pemerintah lagi butuh banyak pekerja dengan kualifikasi di kursus-kursus ini. 

Jadi, kenapa tetep bayar (banyak pula), karena free nya itu (ternyata) nggak mencakup biaya administrasi, dan juga biaya persiapan material (buku, seragam placement, dan juga persiapan kampus untuk membantu mahasiswanya untuk placement).

*)skill first adalah bantuan pemerintah untuk mereka yang ingin mengambil kuliah di beberapa bidang yang sedang berkembang di Negara bagian di Australia

Bantuan biaya

Papa gw pernah bilang, betapa beruntungnya gw bisa kuliah di Australia, walaupun orang tua ataupun pasangan gw nggak ngeluarin duit sepeserpun. Duit yang gw keluarin untuk course ini ($535) diambil dari tabungan gw yang mati-matian gw simpen dari kerjaan gw.
Selain itu, sebenernya pihak kampus juga memberikan kemudahan untuk mahasiswanya membayar biaya ini.

Diantaranya, kita bisa membayar berkala. Kampus gw, Chisholm, punya yang namanya payment plans, dimana kita bisa membayar biaya kuliah kita berdasarkan kemampuan penghasilan kita. Bisa mingguan, dua mingguan, ataupun bulanan*. 

Atau kalau kita eligible kita bisa minta bantuan pemerintah untuk membiayai kuliah kita dengan program seperti VET study loans, FEE-HELP, Commonwealth supported places, atau beasiswa.

Semua bantuan pemerintah di atas berlaku untuk Warga Negara Australia dan New Zealand, dan juga Permanent Resident yang memegang visa tertentu (sayangnya nggak termasuk visa gw, haha). 

Sedangkan untuk beasiswa, sama lah seperti beasiswa lainnya di luar sana

*) di Australia sistem pembayaran gaji beragam, paling banyak per minggu, ada yang per dua minggu, ada juga yang per bulan. Semua tergantung kebijakan dari perusahaan masing-masing.

Belajar tentang apa


Kuliah Early Childhood Care and Education ini sebenernya mempersiapkan kita untuk jadi educator (pengajar) di Childcare. 

Di Australia, childcare disamakan dengan sekolah-sekolah lainnya. Karena setiap childcare di Australia diwajibkan untuk memiliki program yang membantu anak-anak berusia as young as 6 weeks old sampai usia lima tahun untuk berkembang.

Banyak hal seperti kesehatan, keamanan, bersosialisasi, menghadapi tantrum pada anak, menangani anak dengan kebutuhan khusus, membangun hubungan baik dengan anak dan keluarga, membuat program untuk pendidikan anak usia dini, dst dst.

Selain itu, juga disediakan 240 jam placement (kerja praktek) di childcare sekitar kita (kurang lebih dua sampai tiga bulan). Menurut gw, dapat kerja praktek, terutama di Negara orang, itu benar-benar pengalaman berharga banget. Kita bisa tau bagaimana praktek sehari-hari untuk pekerjaan yang sedang kita pelajari ini.

Praktek di Kelas

my Early Childhood Care & Education Class

Selain belajar teori, kita juga ada praktek di kelas. Kebanyakan berhubungan sama mainan (karena Early Childhood). Di kampus gw, mereka punya satu kelas yang disediakan khusus untuk praktek, dan di dalamnya ada banyak bahan-bahan yang bisa kita gunakan saat praktek.

Selain itu, kita juga wajib punya toolbox yang isinya persiapan "perang" di placement nanti. Maksudnya ya isinya berbagai macam mainan dan barang-barang yang kita kumpulkan untuk area bermain (play spaces) yang kita buat saat placement.

Toolbox ini juga membantu kita menyiapkan berbagai macam bahan dan mainan yang kita kumpulkan, nanti pada saat kita selesai kuliah, dan didapuk jadi room leader di salah satu ruangan di childcare centre, bisa kita gunakan untuk menata ruangan deh.

Enaknya jadi guru di sini itu, kita dikasih satu ruangan (kelas), dan kita bebas mau diatur dan dihias seperti apapun yang kita mau. Selama sesuai dengan program yang kita jalanin untuk anak-anak didik kita di ruangan kita.

Placement (Kerja Praktek)

one of the play spaces I've made at my placement

Setelah hampir setahun kuliah di kelas, seharusnya Februari 2021 kelas gw sudah bisa kerja praktek. Tapi karena pandemi, jadi diundur sampai bulan Mei. Selain itu, pengunduran kerja praktek gw, juga dibarengi sama jumlah jam per kerja praktek. 

Biasanya, kerja praktek pre-pandemi itu tiga bulan, dengan 80 jam per kerja praktek. Makanya jadi tiga bulan. Tapi kali ini, jadi 120 jam per kerja praktek, dan cuma dua bulan aja.

Persiapan kerja praktek gw disiapkan sama kampus, jadi gw dan teman-teman tinggal dateng, kerja praktek, isi assessment book, tanda tangan assessor, tanda tangan staff di tempat kita kerja praktek. Untuk seragam, dan dimana kita kerja praktek, semua disiapkan sama kampus.

Kampus juga nggak bakalan cari tempat yang jauh banget dari tempat tinggal kita. Biasanya mereka kasih 30-45 menit perjalanan dengan kendaraan umum dari rumah ke tempat kerja praktek kita.

Kalau pre-pandemi, kita bisa tolak, dan minta tempat kerja praktek lain, kalau sekarang, begitu kampus pilih tempat kerja praktek, kita nggak bisa tolak.

Sejauh ini, gw baru selesai 120 jam kerja praktek (1 bulan). Persiapan teori, seragam, buku assessment yang sebenernya sudah siap tetap aja bikin gw merasa belum siap. Apalagi, gw belum pernah yang namanya masuk ke chilcare centre sebelumnya. Nggak tau sama sekali seperti apa suasana di dalamnya.

Hari pertama gw kerja praktek, belum sampai di Centre gw harus berhenti di pom bensin, karena tiba-tiba kena panic attack. Pertama kali kena panic attack, dan sendirian. Lima belas menit gw diem di dalam mobil, nangis dan gelisah. Beruntung sih nggak parah-parah banget.

Tapi, bersyukur sekali setelah sampai di centre tempat gw kerja praktek, semua berjalan dengan mulus. Room Leader di ruangan gw, dan juga Centre Director sangat komunikatif dan membantu banget. Jadi mulai dari hari pertama sampai terakhir kerja praktek gw berjalan amat sangat lancar.

Oiya,
Sebelum kerja praktek, para dosen di kampus gw bilang kalau kita-kita harus 100% siap, dan mereka juga kasih tau kita sebagai pekerja di Childcare Centre, job description mereka banyak. Beruntung semua dosen di kampus gw kasih tau kalau kerjaannya nggak cuma mainan sama anak-anak doang. Bahkan mereka juga ngajarin gimana caranya ganti popok yang benar dan higienis (karena nggak cuma satu anak doang yang bakalan kita ganti popoknya). Sampai gimana caranya pakai epipen, walaupun untuk praktek first aid belum ada jadwal sampai di akhir kuliah.

Mereka juga bilang, kalau kita bisa kerja dengan benar, kita bisa ditawarin kerja di Childcare Centre itu. 

Selain itu, gw juga punya tips kalau kita kerja praktek, ataupun bekerja di tempat yang tingkat transfer gosip-nya tinggi:
  1. Fokus ke kerjaan sendiri aja.
  2. Bersosialisasi secukupnya saja. Cukup untuk tau siapa orang-orang di tempat kita kerja.
  3. Usahakan untuk nggak ikut dalam obrolan tentang seseorang atau kerjaan seseorang.
  4. Kalau ditanya pendapat (secara personal, bukan tentang kerjaan) usahakan untuk nggak terdengar memihak.
  5. Kalau nggak suka sama seseorang, jangan ditunjukan di tempat kita kerja (praktek), mau ngomel-ngomel di rumah boleh aja, asal jangan di tempat kerja. Gw pernah nih, dianggap remeh sama salah satu karyawan di sana, gw sampe kesel banget karena dianggap bego. Tapi yaudah, nggak gw tunjukkin di sana, tapi, pas sampe rumah gw ngomel-ngomel. Dan karena baru kejadian sekali, gw cuma dikasi tau sama Mas Bojo kalau misalnya kejadian lagi, gw perlu lapor, karena ternyata itu adalah salah satu bullying di tempat kerja. Untungnya sih yang kemarin ngomelin gw ternyata berubah jadi baek banget sama gw, dan gw gak tau kenapa.
  6. Banyak tawarin bantuan dan banyak tanya untuk hal-hal yang kita nggak tau, bukan tanya untuk membandingkan (misal: "di sini gajinya berapa? Soalnya di tempat aku kerja dulu gajinya sekian")
  7. Tunjukan ke mereka kalau kita fokus untuk jadi pekerja professional a.k.a nggak ngedumel, atau ngomongin orang di belakang.
  8. Kerjakan sesuatu sampai tuntas.
  9. Jadi diri sendiri.
  10. Selalu lihat sesuatu dari sisi positifnya.
  11. Selalu tersenyum.
Selama kerja praktek, gw nggak cuma kerjain hal-hal sebagai educator, kadang Centre Director juga suka manggil gw untuk bantu-bantu hal administratif. Lakukan semua permintaan purely untuk belajar. 

Tapi, kalau kalian merasa nggak mau ngerjain kerjaan selain kerjaan di ruangan kalian, ya nggak apa-apa juga sih. Tergantung kalian sebenernya.







Sebenernya gw dijadwalkan untuk placement kedua di bulan November. Menurut jadwalnya, akan jadi placement terakhir gw dan juga akhir dari kuliah gw ini.

Selain itu, di bulan Oktober, gw juga dijadwalkan untuk first aid training, dan semuanya disiapkan sama kampus gw. Jadi gw nggak perlu cari-cari training  untuk first aid  lagi (yang jadi syarat untuk kerja di dunia childcare education). 





Dua minggu setelah selesai placement, gw coba-coba untuk lamar kerjaan di Childcare Centre yang ada di sekitaran tempat tinggal gw. Coba-coba aja, siapa tau berhasil, kalau berhasil syukur sekali, itu pikiran gw waktu itu. Selain itu, gw juga berpikir syukur-syukur dikasih casual job.

Seminggu setelah lamar sana sini, gw dapat lima panggilan wawancara. Akhirnya, gw setuju wawancara kerjaan di salah satu centre yang duluan telepon untuk wawancara. Dan gw ditawarin kerja permanen, walaupun gw bilang posisi gw lagi menyelesaikan Diploma gw.

Thank God, tiga hari setelah wawancara, gw ditelepon dan diterima kerja di sana, walaupun part time, tapi dengan status permanen

Bersyukur sekali, karena tetap dibolehin kerja dan juga menyelesaikan sekolah gw yang tinggal beberapa bulan aja. 

Menurut gw, kembali kuliah lagi, walaupun brand new course, apalagi di Negara baru, bukan penurunan kualitas. Apalagi, setelah akhirnya ambil Diploma ini, gw juga banyak dapat informasi baru, dan pada akhirnya  bisa bekerja di lapangan pekerjaan yang difokuskan di kuliah ini.

Dan kalau sudah siap, walaupun belum menyelesaikan kuliahnya, bisa coba-coba lamar pekerjaan seperti gw.

Gw juga berpikir di Australia, banyak sekali kantor-kantor dan tempat kerja yang memberikan keringanan untuk karyawannya bekerja sambil sekolah. Banyak sekali yang seperti itu. Makanya banyak yang menawarkan casual atau part time job untuk mereka yang sedang menyelesaikan sekolah mereka. 





  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Thank you for visiting my blog. Please leave your comment here, but apologize, any spams will go to bin immediately.