Toxic Person di Kehidupan Sosial Kalian? Leave it

By Miss Across the Sea - Saturday, April 21, 2018



CLICK HERE FOR ENGLISH VERSION


Gw mau cerita dikit nih ya,

Hidup gw selama ini (ternyata) dikelilingi sama toxic people. Mulai dari gw SMA sampai akhirnya gw memutuskan untuk menghilangkan mereka dari kehidupan sosial gw. Agak susah sebenarnya, karena mereka itu keluarga gw sendiri. 

Bayangin aja, waktu SMA, gw selalu "dipamerin" tentang kesuksesan anaknya, as simple as beli komputer sendiri (yang mana anaknya 5 tahun lebih tua dari gw, dan sudah kerja, dan gw cuma SMA). Waktu itu sih gw nya biasa aja, tapi nyokap agak keki, nggak adil katanya, bandingin anak SMA sama anak yang sudah kerja. 

Baru kerasa kalau mereka ini ternyata "racun" di hidup gw saat gw mulai kuliah. Komentar seperti "kuliah di Jogja, bukannya lulus tapi hamil duluan." Sampai ke telinga bokap & nyokap. Yang mana waktu itu nyokap jadi ikutan berpikiran negatif juga ke gw. Untungnya gw lulus tepat waktu dan nggak hamil, tapi nyokap sudah terlanjur "keracunan" omongan mereka.

Akibatnya tau nggak? Gw sama nyokap isinya berantem melulu. Kalau tiap pulang ke rumah, isinya nyokap selalu marah-marah ke gw yang nggak ngapa-ngapain. Sampai gw memutuskan untuk nggak mau tinggal di rumah, lebih baik nge-kos, karena nggak tahan sama nyokap.

Butuh waktu lama banget, sampai akhirnya kita berdua mengibarkan bendera putih. Berdamai, tapi masih nggak damai-damai amat. Yang mana walaupun nyokap sudah mulai bolehin gw untuk punya kehidupan sosial di luar, tapi di belakang gw masih suka ngomongin jelek gw. 

Gw nggak nyalahin nyokap, karena yang gw tau, pandangan nyokap ke gw itu asalnya dari keluarga gw yang "beracun" itu tadi. Tapi sempet kesel karena nyokap lebih percaya omongan orang yang nggak selalu sama gw 24 jam, dibandingkan sama dirinya sendiri yang selalu liat gw tiap hari.

Terus bersambung sampai di saat gw kerja di perusahaan terakhir gw kerja sebelum pindah ke Australia. Kebetulan tempat gw kerja ini adalah perusahaan migas, yang gw ditugasin kerja di lapangannya. 

Kalau kerja di lapangan artinya nggak bisa dandan cantik, pakai heels dan rok kantoran gitu. Malahan dikasih seragam dan mentok pakai jeans. Mau pakai heels sayang heels nya. pakai rok? Bisa belang kulit.

Nggak tau kenapa tetiba para saudara "beracun" ini malah bilang kalau gw suka banget nabrak aturan perusahaan. Yang katanya gw suka pakai rok kalau kerja lah, pakai heels kalau kerja lah, dsb dsb. Sampai nyokap telpon gw. Lelah sih sama meyakinkan ke nyokap kalau gw nggak gitu, gw cuma bilang kalau gw dah capek buat ngeyakinin nyokap kalau gw nggak gitu. Gw bilang lagi kalau nyokap bener tau siapa gw, nyokap bakalan tau mana yang bener mana yang salah. 

Terakhir sebelum akhirnya gw memutuskan hubungan gw ke mereka, mereka juga komentar tentang pasangan gw. Di mata mereka pasangan gw itu bule nggak bener (gw nya juga nggak bener). Pernah denger kan pendapat kalau cewek yang punya pasangan bule itu cewek nggak bener? Kalau belum, nah kalian denger deh. Tapi gw dulu sih sering denger, eh ketambahan lagi sama saudara gw ngomong gitu. 

Belum apa-apa juga menyarankan gimana nanti gw cerai-nya sama pasangan gw, padahal nikah juga belum waktu itu. 

Akhirnya ya, gw memutuskan hubungan gw dengan mereka. Sebodo teuing kalau mereka saudara. Karena nggak ada satupun yang positif dari komentar mereka. Apalagi mereka sudah mulai "meracuni" kehidupan sosial gw dengan nilai-nilai mereka sendiri, yang mereka anggap semua harus seperti mereka, kalau beda, ya salah.

Yang gw lakukan? Menghapus semua kontak mereka di handphone. Karena gw otomatis ganti nomor pakai nomor Ostrali, jadi gw nggak perlu untuk ngasih tau mereka nomor baru gw. Gw juga bilang ke nyokap sama bokap untuk nggak usah kasih nomor gw ke mereka. 

Delete dan block semua sosial media mereka. Facebook, instagram, twitter, semuanya. Mulai dari Om dan tante, sampai ponakan. Mulai dari (dulu) saudara yang kemana-mana bareng, sampai mereka yang selalu aja "meracuni" gw. 


Demi Ketenangan Jiwa


Alasan gw kenapa akhirnya gw memutuskan untuk "menjaga jarak" dari mereka sebenernya cuma satu. Gw pengen jiwa gw tenang. Karena selama ini gw selalu merasa "kemrusuk" sendiri di hidup gw. 

Bayangin aja setiap ambil langkah begini, ada aja komentar yang menyudutkan, atau membandingkan. Padahal kalaupun gw mengikuti saran mereka, gw tau kalau apa yang mereka sarankan bakalan nggak cocok sama gw. 

Tau kah kalian, kalau kita bisa melepaskan diri dari orang-orang seperti itu di dalam lingkaran sosial kita, kita sendiri akan merasa lebih ringan, dan lebih positif. 

Apa Sih Toxic Person Ini?

Coba deh perhatikan orang-orang di sekitar kita, apakah mereka ini orang-orang yang selalu memberikan dampak negatif dalam hidup kita? Ataukan setiap ada mereka bawaan kita rasanya capek banget ngadepin mereka?

Beberapa pakar psikologis bilang, mereka yang jadi toxic person ini bukan orangnya itu sendiri, tapi kebanyakan adalah perilaku mereka. Gampangannya, mereka yang jadi toxic person ini suka banget sama drama.


Menurut Karen Young, ada beberapa tipe dari toxic person yang bisa kita lihat:
  1. Nggak ada satu perkataan atau perbuatan kita yang terlihat bagus di mata mereka
  2. Mereka akan berkomentar apapun, bahkan di kesalahan kita sekecil apapun
  3. Mereka nggak bakalan mau menunjukkan atau membuat kalian menjadi berbeda
  4. Orang-orang seperti ini biasanya berperilaku fabulous dan kesannya nggak punya kesalahan apapun
  5. Mereka bakalan bikin kalian merasa bersalah, bahkan terhadap diri kalian sendiri
  6. Mereka akan mengkritisi, mengendalikan, dan nggak bakal perduli dengan kalian
  7. Kalau kalian merasa tersakiti, mereka bakalan sebodo amat
  8. Nggak ada namanya privasi buat mereka, dan mereka nggak mengenal kata TIDAK, JANGAN, NGGAK, dan sejenisnya
  9. Mereka nggak perduli persaan kalian, dan terkadang mereka suka melihat kalian menderita
  10. Selalu tentang mereka, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan, dan apa yang mereka inginkan
Nah, ada nggak orang-orang seperti ini di dalam lingkaran sosial mereka?
Kalau gw, ada, dan nggak jauh-jauh amat kok, keluarga gw sendiri. Gw malah bersyukur beberapa teman gw mendukung gw banget. Ada juga sih yang tetiba langsung putus komunikasi. Nggak apa-apa juga, daripada malah jadi "racun", ya nggak? Walaupun nggak tau juga kenapa tetiba nggak mau komunikasi (atau ketemu) lagi sama gw.

Terus, darimana kita tau kalau diri kita sudah "teracuni" oleh mereka? Nah ini gw kasih tau ciri-ciri kalau kita sudah "teracuni" sama mereka, menurut Gale dalam tulisannya Margarita:

  1. Secara emosional kita sudah terpengaruh sama "drama" mereka
  2. Kalian ngerasa takut berada di sekitar mereka
  3. Kalian merasa lelah, atau merasa cepet marah ketika berada bersama mereka atau bahkan setelah bersama mereka
  4. Kalian merasa bersalah terhadap diri sendiri
  5. Kalian terjebak di lingkaran yang mana kalian pengen menyelamatkan, memperbaiki, atau sekedar perduli kepada mereka
Dan ada tambahan juga dari Tatsumi dari tulisannya Margarita:
  1. Mereka nggak menghormati setiap penolakan, atau kata "tidak" sebagai bagian dari kalimat
  2. Saat bersama mereka, kalian seperti terkurung
  3. Kalian tidak menghargai nilai kalian sendiri
  4. Kalian secara emosional "keluar"
  5. Kalian merasa dikendalikan, atau bahkan terlalu mengendalikan
Tapi sangat penting juga untuk mengevaluasi diri sendiri saat kita berinteraksi. Jadi kita bisa tau ada diposisi mana kita, yang "teracuni" atau yang "meracuni". 

15 Versi dari Toxic People

Ambil dari Karen Young lagi, ternyata ada 15 versi dari orang yang dianggap beracun":
  • The Controller
Gampangannya, apakah kalian harus minta izin. Seperti boleh apa enggak pakai baju ini, bolehnya pakai make up yang seperti apa, dsb, dsb. Nah, kalau kalian sudah ada di hubungan seperti ini, berarti hubungan kalian sudah nggak sehat. 
  • The Taker
Tentunya kita semua setuju, dikala menjalin sebuah hubungan (apapun itu), pastinya hubungan itu harus sehat. Ada take and give nya. Tapi, kalau kalian ada di sebuah hubungan yang mana kalian merasa hanya memberi dan memberi, tanpa mendapat timbal balik, yes, kalian ada di sebuah hubungan dengan toxic person
  • The Absent
Selalu punya orang yang jarang adanya untuk kalian nggak? Orang yang selalu susah dihubungin, tapi kalau ada maunya selalu ada di sekeliling kita? Menurut aku sih, ngapain mempertahankan orang seperti ini.
  • The Manipulator
Pernah ngerasa saat kita menjelaskan sesuatu ke mereka, malah dapet balesan yang nggak enak? Atau sedang mencoba menjelaskan sesuatu malahan jadinya mereka marah-marah dipikir kitanya menganggap mereka bodoh dan sejenisnya? Tipe manipulator ya orang-orang seperti ini. Mereka bisa memutarbalikkan dan menjadikan hal yang biasa aja jadi negatif.

Tipe ini bukan ingin menjalin hubungan yang sehat. Mereka ingin mengendalikan kalian, dan semakin kalian berusaha berbicara kepada mereka, maka semakin akan terus memutarbalikkan kalimat kalian sampai akhirnya mereka bisa "menguasai" kalian.

  • The Bullshiter
Orang seperti ini adalah mereka yang selalu merendahkan orang lain, dan mereka selalu punya alasan saat mereka di tanya kenapa nggak melakukan apa yang mereka katakan. Intinya mereka nggak bisa dipercaya.
  • The Attention Seeker
Setiap ketemu orang seperti ini, kalian selalu merasa cerita mereka penuh drama. Selalu ada aja masalah di dalam cerita mereka. Biasanya sih mereka nggak cuma minta support, tapi akhirnya menarik kalian ke masalahnya mereka, dan meminta perhatian penuh dari kalian.
  • The One Who Wants to Change You 
Komentar orang-orang seperti ini seperti, kalian kurang cantik, kekurusan, terlalu gemuk, kurang putih, terlalu putih, terlalu pendek, terlalu kurus. Dan diikuti "cuma bercanda", "gitu aja marah", dsb dsb. Intinya, buat orang-orang seperti ini, kalian tidak akan bisa sempurna di mata mereka. Karena, sebenernya apa yang mereka lakukan bukan tentang kalian, tapi tentang insecurity mereka sendiri, yang "dilemparkan" ke kalian. Buat mereka, selama mereka masih bisa membuat kalian lebih kecil dari mereka, mereka akan terus dan terus dan terus akan "mengecilkan" kita.

Contoh? Yuk baca lagi cerita gw di atas :)
  • The One You Want to Change
Merasa pengen banget orang ini berubah? Dari penampilan sampai sikap? Well, kalau sudah merasa seperti ini, mungkin ada baiknya kita sedikit menjauh dari kehidupan sosial kita, sebentar aja. Kembali melihat ke diri kita sendiri. 
  • The Abuser
Mungkin pertama kali kita nggak akan bisa melihat tanda-tandanya. Tapi, makin lama akan terlihat sedikit demi sedikit. Kalau sudah muncul high tension, kemudian tetiba "meledak". Nah kadang kalau sudah meledak, mereka akan meredakannya dengan perilaku yang sedikit melunak, manis, romantis, dan sebangsanya. Setelah itu, lingkarannya akan kembali lagi.
  • The Jealous One
Punya temen, atau pasangan, yang kepo berlebihan? Atau merasa kita nggak nyaman ketika bercerita tentang diri kita, karena mereka menjurus pengen tahu detail, dan mendalam. Sampai bahkan nggak suka kalau kita punya teman/ sahabat yang lain? Atau saat orang ini adalah pasangan kita, dan dia nggak bolehin kita punya teman dekat? 
  • The Worse-Off One
Masalah mereka terkesan lebih besar dari kita. Kita nggak punya duit, mereka lebih nggak punya duit. Kita sakit, mereka lebih sakit. Buat mereka kita akan jadi penyemangat mereka, bukan saling menyemangati.
  • The Sideways Glancer
Terkadang kita ingin dilihat dan diperhatikan. Atau being notice. Lelah kan kalau nggak dianggap. 
  • The Cheater
Kalau mereka terus terusan "menghianati" kepercayaan kita, ngapain harus dipertahankan? Ye gak?
  • The Liar
Kalau setiap komentar mereka kerasa banget "mencibir"nya, atau sampai terdengar "nylekit" duh sis, jauhin deh orang-orang begini. 
  • The One Who Laugh at Your Dream
Mereka yang selalu menganggap impian kamu itu "lelucon". Bayangin aja orang tipe ini terus ketambahan mereka juga ternyata tipe the one who wants to change you, jauh-jauh deh. 

Haruskah Menjauh Dari Mereka?


Apakah kalian sudah berusaha menjelaskan kepada mereka? Apakah kalian sudah berusaha untuk meminta mereka memahami kita? Apakah kalian sudah berusaha untuk memberi jarak dengan tarik ulur hubungan dengan mereka?

Pada intinya, saat kita merasa orang-orang yang ada di sekitar mereka tidak membuat kita lebih baik, sudah saatnya kita step back dan mulai berpikir. Apakah kita, atau mereka. Karena lebih baik memang kita lebih bisa mengendalikan diri kita sendiri.

Pada akhirnya, kalau menurut kalian, beberapa orang di kehidupan sosial kita tidak mendatangkan sesuatu yang positif, terutama dalam pikiran kita, sudah saatnya kita untuk memberikan kesempatan untuk diri kita sendiri menjauh dari mereka.

Karena jika kita berada di lingkungan sosial yang lebih sehat, lebih positif, akan berdampak positif juga sama kita loh. 

Keuntungan Menghapus Toxic Person Dari Hidup Kita

Memang nggak mudah untuk bisa melepaskan diri dari orang-orang seperti ini (apalagi kalau mereka keluarga).

Self healing biasanya penting untuk bisa membuat kita menghilangkan semua dampak buruk dari mereka. Berteman dengan orang yang lebih berpikirian positif, dan lingkungan sosial yang lebih sehat akan membantu memberikan "penyembuhan" di kita sendiri. Dan dapat membuat kita memberikan nilai positif ke diri kita sendiri.

Kalau kita sudah memberikan nilai positif kepada diri kita sendiri, tentunya kita akan lebih relax, lebih bahagia, lebih tenang, dan lebih percaya diri.




Yaps, gw yakin dan percaya, kalau praktek memang lebih susah ketimbang teori. Tapi, gw nulis begini juga karena pengalaman sendiri.

Sekarang memang gw merasa lebih positif. Menanggapi sesuatu nggak dari sisi negatif melulu. Dapat berpikir lebih jernih, dapat memberikan komentar yang lebih positif terhadap pencapaian orang lain.

Yang lebih penting adalah gw bisa menilai positif diri gw sendiri. Bisa lebih membuat diri gw ikut bahagia dengan pencapaian orang lain, bisa membuat gw bersyukur dengan gw apa adanya. Karena melepaskan diri dari lingkaran orang-orang yang selalu memberikan negatif mereka kepada gw, membuat gw juga bisa melepaskan semua sisi negatif gw. Nggak ke orang lain, tapi lepas gitu aja.

Jangan takut mendengarkan komentar negatif mereka tentang keputusan kalian untuk tidak lagi berhubungan dengan kalian. Jiwa yang sehat akan memberikan pribadi yang sehat juga. Kalau bukan kita yang menyayangi diri kita sendiri untuk pertama kali, siapa lagi.



  • Share:

You Might Also Like

16 comments

  1. Pernah ngerasa rendah diri yang setelah ditelusuri ternyata cuma kemakan omongan orang2 beracun
    Zaman masih lugu dan polos sih
    Bahaya bgt emang

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya Mbak, orang-orang negatif cuma bisa bikin dampak negatif ke hidup kita.

      Delete
  2. Toxic banget mba sumpah, jadi ikut kesel juga ni..
    Toxic person itu egois ya? Ngga mikir jangka panjang juga, padahal hidup itu ngga sekedar mengontrol atau mencari perhatian orang lain, atau menjelekkan orang lain..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaps bener banget Mbak,
      toxic person cuma bisa bikin hidup kita jadi tambah negatif, buang jauh-jauh deh :)

      Delete
  3. wow, i'm glad mbak udah bisa keluar dari lingkaran toxic itu, after all those years. sekarang toxic people sedihnya nggak hanya di kehidupan sosial, tapi juga kehidupan media sosial! that includes strangers! ngeri deh. nggak kenal, tapi ganggu hidup kita dengan aura negatifnya.

    i hope kita semua bisa selalu berbahagia dan menjaga diri dari any negativity yg jadi toxic dalam hidup :) positive vibes only!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Me too Mbak, tau rasanya hidup jadi lebih berharga itu kebahagiaan tiada tara. hehe. Iya nih, skg malah di sosial media bertebaran org2 seperti ini. Ada baiknya mmg gak diladeni, block, delete, kalau keterlaluan screen capture, laporin. Karena gak ada gunanya mmg menyimpan org2 negative sprti ini, malah bikin nambah beban hidup aja sih.

      Amen Mbak, aku dukung pokoknya positive people for positive vibes :)

      Delete
  4. Anonymous2:51 PM

    Hi mbak, gimana kalo toxic Person itu nyokap gue sendiri kak? Hingga skr sdh menikah.. sampai adek gue ga percaya diri secara sosial semua berawal dr nyokap kak ����
    Tetangga rumah, sodara, temen2 gw benci keluarga gw gegara kata2 nyokap. Ketika diingatkan pun slalu merasa benar. Anti kritik, dan ga mau nekan ego

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi say, Ada untungnya sih klo udah ga tinggal dgn nyokap, jadikan kita sndri yg punya kendali kapan mau komunikasi dg nyokap. I did too, sewaktu nyokap "diracuni" sama sodara sendiri gw memutuskan utk nge kos atau melakukan kegiatan sebanyak2nya di luar rumah, jadi kontak dg nyokap jadi jarang banget.

      Then again, setiap klg kan beda-beda ya karakternya. Kamu yg tau nih nyokap sprti apa, jadi punya "trik" utk gimna caranya meminimalisir kontak dgn nyokap.

      It's all coming back to you, say. Karena semua harus dgn keinginan kuat :) kalo mau cari happiness dengan positive vibe, kita harus bisa memfilter siapa aja yg punya tempat di dekat kita :)

      Tapi sekali lagi ya sis, ini cuma pendapat pribadi gw. Kalau nggak bisa putus kontak, ada banyak cara utk meminimalisir pengaruh negative seseorang.

      Hope you all well, sista... :)

      Delete
  5. Waktu SMA adalah masa-masa paling toxic karena temen sekelas yang.. begitu deh. Untungnya didukung sama temen-temen deket dari kelas lain. Dan justru malah akrab dengan teman kelas lain.

    Hopefully, pas kuliah sampe sekarang, masih rutin banget ngejaga dari berbau toxic-toxic gitu. Karena rasanya nyelekit, bikin ngedown, dan bahkan minder padahal belum mencoba. That’s why ga semua harus didenger omongan orang, even nasihat pun.

    Ngerasa sehati dan sempat mengenang masa-masa toxic itu. Sekarang, tetap keep going! Semangat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes sis... lucky buat kita yg sudah pernah, dan sekarang terbebas dari toxic people. Jadi tau sekarang gmn bersikap dan menjaga komunikasi sama orang2 kan ya :) Tetap semangat sis!!

      Delete
  6. keluarga besar suamiku Mbak..penuh dengan toxic person. Sampe dia sendiri enggan berlama-lama pulang. Karena pulang malah bikin sedih bukannya senang. Aura negatif ada tiap acara ngumpul. Aku aja bertahun-tahun jadi bagian di situ tetep heran kok bisa ya , keluarga saling benci, menjatuhkan sana-sini, gonta-ganti kongsi..Kami sih belum sampai mutusin hubungan tapi menjauh dan enggak mau tahu urusan saja...Sayang semangat diri jadi luntur kalau ketemu orang tipe kayak gini..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget Mbak, kalau kita selalu dekat sama orang2 yang "negatif" jadinya kita juga ikutan negatif. Lebih baik memang memilih orang yang deket sama kita yang bisa kasih energi positif juga ke kita. Keputusan Mbak Dian & keluarga sudah bener sih, lebih baik menjaga jarak, daripada ikut ketularan negatif nya :)

      Delete
  7. Absolutely agree sama tulisan ini Mbak �� dari lama pingin tulis soal ini juga tapi ragu. Keren banget Mbak, setuju kalo kita harus menjauh dari orang yg bersifat toxic yaa. Hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga kita semua bisa menjauh dari yang namanya Toxic people ya Mbak. Tetap semangat & keep the positive vibes :)

      Delete
  8. Hi Gee...
    Salam kenal.
    Suka bgt neh sama tulisan ini... Setuju bgt... Toxic people emang harus kita buamg jauh2 ya. .

    Btw, kamu tgl di Melbourne ya. .. Nanti klo aku ke Oz lagi. .Boleh dunk ya mampir.. Heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Sarah, salam kenal jugaaa^^

      Yes, mmg yg namanya racun harus dibuang ya sis, hehehe..

      Iya, di Melbourne, boleh bangetttt... kabari yaaaa :)

      Delete

Thank you for visiting my blog. Please leave your comment here, but apologize, any spams will go to bin immediately.