Hello Straya: Berkunjung ke "Desa"nya Orang Aussie [Late Post]

By Miss Across the Sea - Friday, May 19, 2017


Apa kabar semua? 
Kali ini post nya sedikit terlambat ya. Post kali ini tentang kunjungan terakhir gw ke Aussie kemarin sebelum akhirnya pindah. 

Kunjungan terakhir gw dan Mas Bojo pergi ke timur Victoria. Ke daerah pedesaan yang deket juga sama laut, namanya Bairnsdale. Di tempat ini juga tinggal mama papa nya Mas Bojo. Jadi sekalian ngunjungi mereka gitu. urang lebih 3 hari kita bermalam di tempat mereka.

DEN OF NARGUN

Perjalanan dari rumah ke Brainsdale memerlukan waktu sekitar 2 jam-an. Sebelum nya kita mampir dulu ke tempat yang namanya Den of Nargun. Tempatnya agak terpencil di daerah Gippsland. Menurut cerita, Den of Nargun ini adalah salah satu tempat di mana warga asli Australia yang disebut Gunaikurnai.

Legenda nya bercerita tentang orang pertama dari suku Gunaikurnai yang datang ke daerah barat daya dari gunung membawa kano di atas kepalanya,bernama Borun si burung pelikan. Pada saat ia berjalan ke arah Tarra Warackel (yang sekarang bernama Port Alber) ia mendengarkan suara memukul berkali kali, dan berusaha mencarinya. Saat dia berusaha untuk masuk ke bagian sungai yang lebih dalam menggunakan kano nya, disanalah ia menemukan seorang perempuan bernama Tuk. Keduanya saling menyukai dan akhirnya menikah, dan mereka adalah cikal bakal dari kelompok Gunaikurnai ini.

Tempat dimana Borun bertemu dengan Tuk inilah yang dinamakan Den Of Nargun. Terletak di Woolshed Creek, Mitchell River National Park, dimana tempat ini merupakan bagian dari budaya asli Aborigin yang terletak di Batuluk Aboriginal Cultural Trail. Legenda juga bilang tempat ini sangat keramat, katanya kalau kita lempar boomerang ataupun tombak, senjatanya bakal balik lagi ke kita. 
waterfall that can cover the den 

Ngomong-ngomong tempat keramat ini adalah tempat suci buat perempuan suku Gunaikurnai. Di tempat ini diadakan upacara setiap perempuan yang beranjak dewasa. Juga ada cerita seremnya. Katanya di sekitar tempat ini ada tempat berkemah mahluk setengah manusia setengah batu (?) [jadi ingat manusia batu di film Frozen] yang akan menculik anak anak yang berkunjung. 

Untuk sampai ke tempat ini memang butuh perjuangan. Selain jalan masuk ke taman nasionalnya nggak di aspal, jadi mobil Mas Bojo yang ceper agak susah jalannya, karena harus menghindari lubang-lubang yang ada di jalan. Selain itu, dari gerbang masuknya ke arah gua nya aja seperti track hiking. Karena kalau mau ke sana itu turun, jadi agak mudah turunnya, begitu naik, ya ampun, perjuangan. Kalau tiap hari bolak balik begini nggak usah daftar member gym club lagi deh.
Path walk to Den ofNargun, prepare your stick

Tapi, tempatnya bagus kok. Sayangnya kita nggak bisa masuk ke dalam gua nya, karena air sungainya lagi pasang, padahal air terjunnya lagi nggak deres. Lebih indah memang kalau air terjunya lagi deras, tapi kita nggak bisa lihat guanya. Waktu itu gw nggak bisa masuk ke dalam gua, jadinya cuma bisa menimati dari luar aja.

Buat pecinta alam, bisalah ini dijadikan ajang traveling terbaru di Australia. Iya sih, belum berasa outback nya, tapi sebagai permulaan patut di coba.

EAGLE POINT, BAIRNSDALE
 Sebenernya Den Of Nargun ini salah satu tempat yang ada di Eagle Point. Di Eagle Point inilah orang tuanya Mas Bojo tinggal. Terletak agak ke sana dikit dari Bairnsdale. Selain Den Of Nargun, tempat ini menyajikan pariwisata lainnya. Seperti pulau Raymond, sebagai tempat penangkaran dan perlindungan koala, wisata keliling danau menggunakan cruise kecil, atau sekedar menikmati pemandangan tepi danau di tempat ini. Kata Mas Bojo, kebanyakan yang punya rumah-rumah bagus di tempat ini adalah orang-orang kayanya Victoria. Apalagi rumah-rumah di tepi danau beserta jetty-jetty nya. Makanya kebanyakan rumahnya kosong, biasanya rumahnya ditempati kalau lagi musim liburan aja. Keren juga sih kalau punya rumah tepi danau gitu ya.

Rumah orang tua Mas Bojo bukan di tepi danau, tapi agak ke sana sedikit. Mereka salah satu diantara beberapa orang yang lebih memilih memiliki peternakan daripada rumah di tepi danau. Pekarangan mereka luas banget, dan mereka punya tiga ekor kuda, dan satu ekor kuda poni. Kata Mas Bojo, dulu mereka punya domba, tapi karena mereka juga bekerja di luar peternakan mereka, jadi mereka agak kewalahan buat ngurus domba-domba mereka, lebih mudah melihara kuda katanya.
Family Farm

Selama tinggal di rumah orang tua Mas Bojo, kita tinggal dikabin, di belakang rumah mereka. Kabin ini nggak seperti kabin pesawat atau kabin kapal loh ya. Semacam rumah, tapi minimalis, dan bisa digeret gitu. Di dalamnya nyaman kok. Ada ruang tamu, satu ruang tidur, yang dipakai buat menyimpan koleksi piringan hitam mereka, toilet, kamar mandi yang dilengkapi sama mesin cucinya juga, dan juga dapur yang luas. Karena kabinnya digunakan untuk menyimpan koleksi-koleksi mereka yang nggak muat di rumah, jadinya dapur nya yang kita pakai untuk tempat tidur. Eh, jangan salah, fasilitasnya lengkap banget kok, dan dapurnya pun masih bisa di pakai. Kata Mas Bojo, kabin ini dulu tempat tinggal adiknya sebelum akhirnya pindah ke kota.
Our Cabin
Our minimalist room

Yang namanya tinggal sama orang tua ya, pastilah amat sangat dimanja. Makan sehari tiga kali, dan selalu dengan porsi penuh. Selain itu, makan malam selalu dengan penutup yang enak. Eskrim, pavlova, dll. Gendatz!!!

Selain itu, mama dan papanya Mas Bojo juga ngajak cruising keliling danau. Danaunya gede bet lah ya, karena kalau agak jauh dikit udah ke laut aja jatuhnya, terus kalau nyusurin danau ke arah sungainya bisa sampai ke Sidney (katanya). Keliling danau kita bisa nikmatin berbagai macam pemandangan di sana. Kalau beruntung bisa lihat kangguru liar.
Our cruising ship, "Thunderbird" makes me remember one of my childhood cartoon

Habis cruising, Mas Bojo ngajak jalan-jalan ke pusat kotanya. Di sini ada gereja yang terkenal banget, namanya St. Mary Church. Gereja ini terkenal karena mural di dinding gerejanya merupakan lukisan tangan dari Francesco Floreani, seorang seniman dari Italia. Mural ini bercerita tentang santo-santo katolik, triniti, juga gambaran tentang surga, neraka, dan juga siksa di neraka. Saat ini, gereja ini dalam masa renovasi, karena usianya yang sudah lebih dari 100 tahun, dan memerlukan beberapa renovasi. Dalam 100 tahun masa pengabdiannya, gereja ini sudah beberapa kali mengalami restorasi. Diantaranya pada tahun 1978 restorasi dilakukan untuk memindahkan altar yang terbuat dari batu pualam.
St.Mary Catholic Church... so artistic & colorfull
St. Mary's Church Altar


RAYMOND ISLAND
Kalau berkunjung ke Bairnsdale, jangan lupa pergi ke Raymond Island. Sebuah pulau kecil yang berada pada selat Mc Millan. Pulau ini terkenal dengan penangkaran koala di Australia. Di pulau ini (jika beruntung) kita bisa melihat beberapa koala hilir mudik di sepanjang pulau ini. Jangan heran kalau pulau ini juga ada penduduknya. Di sini penduduk dan koala hidup berdampingan.

Kalau ingin ke Raymond Island, kita tinggal naik kapal ferry yang akan mengantar kita menyebrang ke Raymond Island dari Paynesville. Ferry ini ada setiap waktu, dan akan membantu kita untuk menyebrang ke Raymond Island, Cuma perlu waktu 10 - 15 menit untuk menyebrang ke pulau ini. Gratis, nggak usah bayar.

Pada tahun 1953 sejumlah koala dari Phillips Island dikirim ke pulau ini untuk diselamatkan dari kepunahan. Semenjak itu, populasi koala di pulau ini meningkat. Semenjak itulah, pulau ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang ingin melihat koala dari dekat.
Huge, Huge Koala

Jangan khawatir, penduduk setempat sudah membuatkan jalan yang disebut "koala trail". Koala trail ini akan membantu kita mengelilingi pulau ini untuk melihat koala. Hanya berjarak 1,2 kilometer, kita bisa berharap bertemu koala yang lagi bangun, atau melihat beberapa koala yang asyik tidur di dahan pohon yang tinggi.

Awalnya sih, gw dan Mas Bojo cuma nemu koala-koala tidur waktu mengelilingi pulau ini. Hati-hati sama gigitan nyamuk hutan dan semut api nya ya, mereka di mana-mana. Tapi, setelah hampir selesai keliling, nggak nyangka kita lihat satu koala dewasa turun dari dahan pohon. Dengan senang hati dong gw dan Mas Bojo merekamnya.


TRESTLE BRIDGES
Oiya, selama ada di Bairnsdalle, kita tu suka banget nemuin objek wisata anti mainstream gitu. Kalau awal dateng ke sini, sudah ngunjungin yang mainstream-mainstream, kadang-kadang nemu aja. Seperti waktu pulang dari cruising, kata Mas Bojo ada objek peninggalan sejarah (mungkin karena gw suka yang beginian kali ya) di deket-deket Bairnsdale.

Objek sejarah ini disebut trestle bridge, atau yang biasa dikenal dengan sebutan jembatan penyebrangan kereta api. Ternyata di tempat ini ada banyak. Beberapa sudah diperbarui, jadi bisa dilewatin gitu.

Jembatan pertama yang kita kunjungi namanya Stony Creek Trestle Bridge atau dikenal dengan nama Nowa Nowa Bridge, di daerah yang namanya Nowa Nowa. Jangan tanya kenapa dinamain Nowa Nowa, ane kaga tau dah. Jembatan ini dibangun pada tahun 1916,menggunakan kayu red ironbark  dan grey box. Dengan tinggi 20meter dan panjang 247meter, jembatan ini merupakan jembatan trestle terbesar yang berdiri di negara bagian ini.
Nowa Nowa Trestle Bridge

Sayangnya kita nggak bisa cobain buat nyebrang pake jembatan ini. Karena kondisi pondasinya yang sudah mulai lemah, jadi jembatan ini udah diberi pagar pembataas untuk nggak boleh dilewatin. Jadi kita cuma bisa ngeliat dari bawah, atau di depan pagernya.
Nope, you can't walk across this bridge

Jembatan kedua namanya Nojee Trestle Bridge letaknya di daerah Baw Baw. Kalau jembatan ini, dibangun pada tahun 1919. Jembatan ini juga direstorasi beberapa kali, diantaranya dikarenakan kebakaran. Akhirnya pada tahun 1939 bener-bener terbakar habis dan dibangun kembali.
Nojee Trestle Bridge, you able to walk across this bridge

Berbeda dengan jembatan pertama, jembatan ini bisa dilewati, dan tentu saja aman. Dengan panjang 102 meter dan tinggi 21meter, jembatan ini aman dilewatin kok. Jalur jembatan ini digunakan sebagai jalur sepeda para biker yang mau menjelajahi daerah Bairnsdale, begitu pula dengan jembatan Nowa Nowa. Bedanya,jembatan ini bisa dilewati, yang Nowa Nowa enggak.

Karena waktu itu Australia lagi masuk daylight saving, jadi siang harinya lebih panjang daripada malam hari. Jam7 malam berasa jam 3 sore. Apalagi waktu itu lagi musim semi, jadi cuaca sedikit hangat. Karena waktu siang yang panjang itu, kita sempat pergi ke tempat piknik eagle point. Nah di sini pemandangannya indah banget, bisa ngeliat sungai yang langsung mengalir ke laut.
Eagle Point Scenery at 7pm 
Right through the sea


Nah ini cerita kunjungan gw ke Bairnsdalle. Berikutnya akan gw post pendingan travelling gw lainnya di tahun kemarin. Jangan lupa like dan share facebook page gw ya di sini

See ya... Have a good day semua... 

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. Keren banget tempatnya, masih alami gitu ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Mbak Yelli, Salam kenal :)
      Terima kasih sudah mampir di post aku.
      Bener banget Mbak, kalau jalan-jalannya ke kota kecil & desa, pemandangan yg disuguhkan ya begini mbak, alami.

      Delete

Thank you for visiting my blog. Please leave your comment here, but apologize, any spams will go to bin immediately.