Ketika Wilayah Gw Jadi Hot Spot Penyebaran Covid-19
By Miss Across the Sea - Tuesday, July 07, 2020
source |
22 Juni 2020 seharusnya Victoria mulai membuka restriction tahap dua nya. Setelah sebulan dengan pembatasan jumlah pengunjung hanya lima orang tamu di dalam rumah, 20 orang untuk cafe dan restoran, dan 100 pengunjung di supermarket.
Di tanggal ini, gym sudah buka dengan maksimal 20 orang pengunjung. Tamu di rumah juga direncanakan boleh sampai 10 orang tamu, cafe dan restoran akan bisa menerima 50 orang pengunjung, dan pusat perbelanjaan akan sampai 10.000 orang.
TAPI...
Dua hari sebelum pelonggaran perbatasan, tiba-tiba Victoria punya lonjakan jumlah positif Covid-19. Dari sebelumnya cuma 1-2 kasus baru per hari, tiba-tiba jadi 12 orang dalam sehari. Langsung heboh satu Negara bagian.
Sebab
Menurut pemerintah sih katanya banyak orang yang nggak mau mengikuti anjuran pemerintah untuk berkunjung ke rumah keluarga maksimal lima orang. Juga beberapa kasus didapat dari mereka yang ikut demo Black Live Matter beberapa hari sebelumnya di pusat kota Melbourne.
Keduanya sama, tidak megindahkan aturan pemerintah untuk berkumpul tidak lebih dari lima orang, dan menjaga jarak 1,5 meter per orang.
Masker nggak wajib di Australia, tapi ada baiknya menggunakan masker di saat tertentu, seperti demo kemarin.
Kebetulan memang pelonggaran aturan dari tidak boleh ada kunjungan ke kunjungan maksimal lima orang ini di saat warga muslim merayakan lebaran.Sayangnya, beberapa tidak mengikuti anjuran pemerintah untuk berkunjung dengan maksimal lima orang saja dan harus menjaga jarak.
Sebenernya sih gw sudah memprediksikan kalau bakal ada lonjakan, apalagi setelah ada demo kemarin.
10 Suburb Jadi HotSpot
source |
Hasilnya ada 10 suburb jadi hot spot covid-19 ini. Awalnya sih gw merasa aman aja, soalnya dari berita yang gw ikutin, kebanyakan kasus adanya di daerah barat Victoria. Gw yang ada di daerah tenggara berasa aman aja.
Nggak taunya, dua orang anak SD positif dua hari sebelum pelonggaran aturan. Dan itu dari suburb tetangga. Ngeri-ngeri sedap rasanya.
Apalagi saat pertama kali diberitakan, cuma diberitakan city council aja. Yang tiap council punya beberapa suburb, dan kagetnya lagi suburb gw ada di salah satu dari enam city council yang disebutin itu.
source |
Untungnya sekarang sudah dikasih tau, suburb mana aja yang jadi hotspot. Syukurnya sih suburb gw bukan salah satunya. Tapi salah dua suburb yang jadi hotspot deket banget sama suburb gw. Jadi tetep aja waspada tingkat tinggi.
Jadi Kesel
Iya, gw jadi panik dan parno. Tapi lebih ke kesel juga sih. Apalagi sempet denger ada wacana kalau akan ada local lockdown, yang artinya orang-orang yang ada di 6 wilayah\ hotspot ini akan siap-siap untuk nggak bisa keluar dari wilayah mereka.
Buat gw yang sudah mulai bisa ngunjungi murid-murid gw, jadi kesel.
Selain karena gw sudah cukup lama untuk menjaga jarak dari semua orang. Udah dari bulan April gw diem aja di rumah, keluar cuma seminggu sekali untuk belanja mingguan. Dan beberapa minggu terakhir ini gw sudah mulai bisa keluar seminggu dua kali, karena pelonggaran aturan ini.
Kesel karena gw yang selama April jadi lebih ketat masalah kebersihan, dengan adanya berita kalau suburb gw jadi salah satu dari suburb yang wilayahnya kena hotspot covid-19, bikin gw jadi kesel habis.
Artinya, ada warga yang nggak mau jaga jarak, dan jaga kebersihan. Artinya di sekitar gw kemungkinan ada orang yang kena tapi nggak tau, dan lebih parahnya, banyak yang santai aja, bukannya malah siaga dan lebih ketat lagi menjaga kebersihan.
Anak tiri gw masih aja suka makan nggak cuci tangan, masih aja langsung tidur habis dari luar. Gw jadi super parno. Sempet berantem sama Mas Bojo juga sih perkara kebersihan minimum yang harus ditingkatkan di rumah. Sampai pernah nyebut "tinggal nunggu waktu aja kita ini positif." saking nggak ngertinya lagi gw gimana cara ngasih tau si anak buat lebih bisa sedikit bebersih.
Pada Bego Panic Buying LAGI
Iya, gw katain bego lah. Nggak belajar dari yang udah-udah. panic buying lagi, toilet paper lagi. Padahal gw yakin itu toilet paper yang mereka beli waktu pertama kali panic buying juga belum abis di rumah mereka.
Padahal udah berkali kali dijelaskan kalau supply nggak bakalan abis, Karena yang dibeli juga sebenernya diproduksi lokal. Apalagi sekarang gulungannya tebel-tebel. Kalau toilet papper yang isi 12 biji abis seminggu, itu nggak dipake buat lap bokong aja sepertinya.
Anyway, beberapa minggu ini memang sebenernya bukan masalah TP nya sih, tapi masalah orang lebih memprioritaskan TP daripada keselamatan diri sendiri.
Bahkan si anak lebih memilih untuk ikutan panic buying daripada tenang di rumah. Ih, kesel deh.
Tes Besar-Besaran
Seiring dengan mulai dilonggarkannya aturan di Victoria, pemerintah negara bagian Victoria sebenernya juga menyediakan tes untuk mereka yang ingin tes. Seperti mereka yang akan keluar Victoria atau Australia, ataupun mereka yang dengan gejala.
Karena lonjakan kasus ini, pemerintah Negara bagian Victoria akhirnya menyebar tes ini terutama ke wilayah-wilayah hotspot ini.
Tesnya gratis. Buat penduduk tinggal bawa medicare atau SIM nya. Buat yang bukan penduduk tinggal kasih bukti aja, seperti passport.
Kata pemerintah, tes ini juga membantu mereka memahami bagaimana penyebaran virus ini. Dan yang mereka juga kasih tau siapa aja yang wajib menjalankan tes ini.
Kalau kamu/aku/kita punya gejala seperti:
- demam
- panas dingin
- batuk
- tenggorokan sakit
- susah bernapas
- pilek
- kehilangan bau dan rasa
- sakit kepala
- hidung mampet
- mual
- muntah
- diare
- kejang otot
akan diwajibkan untuk ikut tes. Bahkan dengan gejala seminimal apapun juga akan tetap diwajibkan untuk di tes.
Lebih bingungin lagi di saat seperti ini, karena musim dingin, semua gejala di atas malah sering muncul. Jadi bingun apa flu biasa, flu musim dingin biasa, atau memang covid-19.
Percaya DHHS Victoria
Source |
Untungnya sih departemen kesehatan-nya Victoria (Department of Health and Human Services) punya semua informasi tentang apa, bagaimana, dan apakah kita harus ikut tes ini.
Website ini kasih tau gw lengkap apa dan bagaimana yang harus gw lakukan. Misalnya. Karena ada 10 suburb yang jadi prioritas, jadi mereka yang dari suburb-suburb ini diprioritaskan untuk tes, walaupun tanpa gejala.
Website nya juga ngasih tau gw suburb mana aja yang jadi prioritas. Jadi nggak satu city council aja yang disebutin, tapi lebih spesifik lagi.
Sempet bingung apa gw ikut tes apa enggak. Karena ternyata pun suburb gw nggak termasuk yang prioritas.
Ada seorang temen(Indonesia juga) yang baru aja dapat hasil tes nya (dan dia negatif, puji Tuhan). Ya gw tanya lah, waktu memutuskan untuk tes, apa dia punya gejala atau enggak. Yang ternyata dia punya gejala. Karena dia bukan penduduk tetap, yang maksudnya ini tahun pertama nya kembali ke Melbourne, setelah kurang lebih nggak ke Melbourne, musim dingin tahun ini sedikit mengganggunya.
Dia punya pilek ditambah temen satu tempat kerjanya juga sempet tes, dan negatif. Jadilah dia tes.
Karena dia punya gejala, jadi memang lebih baik tes. Sedangkan gw yang berasa nggak punya gejala jadi bingung. Karena waktu itu gw nggak tau kalau suburb gw itu bukan prioritas.
Temen gw ini sih menyarankan untuk tes aja. Karena menurutnya ada juga orang yang tanpa gejala tapi pas di tes malah positif.
Ngobrol sama Mas Bojo pun, Mas Bojo nggak ngelarang gw untuk tes, walaupun dia sendiri enggak mau, karena merasa nggak ada gejala. Agak keki juga sih, masa gw tes sendirian, pikir gw waktu itu.
Akhirnya beberapa jam sebelum bikin post ini, gw coba-coba buka website DHHS ini.
Di dalamnya tertulis jelas, kalau bukan salah satu dari suburb prioritas, dan tanpa gejala, nggak diwajibkan untuk ikut tes.
Walaupun kebingungan gw sebenernya nggak cuma ikut tes apa enggak. Kebingungan gw juga ke "apa gw punya gejala apa enggak ya?" Yang sebenernya sih gw nggak ada satupun gejala di atas. Ada juga bersin-bersin karena debu doang, dan hidung gatel.
Untungnya website DHHS ini punya online assessment tools yang membantu gw banget, apakah gw harus tes apa enggak.
Yang pada akhirnya, gw nggak perlu di tes ternyata sodara-sodara.
Lega? Ya enggak lah! Enggak banyak maksudnya.
Tes kan cuma salah satu alat yang meyakinkan kita aja, apalagi kalau sudah ada gejala. Yang paling penting kan bagaimana biar kita nggak tertular.
Bakalah lega kalau virusnya udah nggak ada lagi.
Kata temen gw, lebih baik ambil tindakan preventive aja. Lebih rajin jaga kebersihan di luar dan di dalam rumah.Apalagi gw nggak tinggal sendiri, jadi sedikit lebih banyak usaha untuk tetap bikin rumah bebas dari virus.
Karena percuma juga kalau kitanya menjaga kebersihan untuk diri kita sendiri, tapi orang-orang yang tinggal sama kita nggak begitu perduli sama kebersihan dirinya sendiri.
Tetap Alert dan Jaga Kebersihan
source |
Karena jadi bagian hot spot, sebenernya nggak ada yang berubah dari kebiasaan gw yang sedari dulu juga selalu menjaga kebersihan di dalam rumah.
Nggak bakal rela lah, gw yang setengah mati jagain keluarga dari virus ini, terus gw kena karena salah satu orang yang amat sangat nggak mau tau tentang kebersihan.
Padahal intinya, selama kita bisa menjaga kebersihan, akan semakin sedikit kesempatan virus ini berkembamg di dalam rumah.
Alert dengan selalu memantau website DHHS. Gw masih nggak mau nonton berita, karena nggak baik juga untuk kesehatan mental. Apalagi berita belakangan ini nggak ada yang enak semua. Website pemerintah, sosial media premier ataupun city council bisa jadi salah satu sumber informasi gw selama ini.
Sesekali mendengarkan berita, tapi nggak sesering sehari bisa tiga kali. Kadang seminggu sekali sudah cukup.
Menjaga kebersihan diri sendiri dan orang lain. Mau nggak mau jadi suka ngomel, suka larang ini itu. Dikit-dikit semprot disinfektan. Bahkan udah ngelarang orang yang baru aja dari luar untuk menyentuh kucing gw, sebelum bebersih.
Nggak apa-apa lah diem di rumah dulu. Sampai kasusnya melanda.
Semoga waktu ini cepat berlalu, dan semua kembali normal seperti sedia kala.
0 comments
Thank you for visiting my blog. Please leave your comment here, but apologize, any spams will go to bin immediately.